Sultan Rustan, Presiden BEM FMIPA UNM Periode 2011-2012 (Foto: Ist) |
Menurut Jonathan Rutherford, identitas merupakan satu mata rantai masa lalu dengan hubungan-hubungan sosial, kultural, dan ekonomi didalam ruang dan waktu satu masyarakat hidup. Dimana setiap individu dalam suatu masyarakat memiliki relasi tidak hanya pada masa sekarang tetapi juga pada masa lalu. Identitas dalam hal ini dibentuk melalui proses sosial.
Ada begitu banyak pergeseran realitas sosial hari ini pada diri mahasiswa, jika ditinjau dari fungsinya sebagai Agent of change, Social Control &, Moral Force. Pergerakan mahasiswa reformasi 1998 adalah babak akhir dari pertunjukan akrobatik sang demonstran. Kita bisa melihat besarnya harapan masyarakat luas kepada Mahasiswa pada saat itu untuk sebuah perubahan sosial.
Hari ini, dunia mahasiswa yang erat kaitannya dengan ruang-ruang sosial seperti dalam kurungan. mereka bisa diibaratkan berada dalam sebuah kotak yang melihat realitas terbatas hanya pada kotak tersebut. Mereka tak akan pernah dibiarkan mencicipi bagaimana kehidupan berada diluar kotak itu. Jiwa dan raganya bersatu dalam fanatisme. Perbedaan pandangan, pendapat serta keserakahan primordial adalah kotak-kotak yang berbeda, yang disuguhkan sehingga mereka menjadi sangat individualistik.
Jika Mahasiswa yang dulunya akrab disapa Rasional, Analisis, Kritis, Universal dan Sistematis (RAKUS), saat ini satu persatu dari karakter yang dimilikinya ini mulai ditinggalkan. Gelombang kapitalisme yang ganas telah sukses menghegemoni pola pikir mereka. Menurut Rich de Vos kapitalisme telah menawarkan satu wajah baru yang justru lebih, lemah lembut dan belas kasih. Kapitalisme dengan kepedulian sosial ini banyak digali dari pemikiran Adam Smith. Ia mengatakan, meskipun manusia diatur oleh hasrat-hasrat dan energi libido mereka, namun ia juga memiliki kemampuan penalaran dan belas kasih. Oleh karna itu, hasrat setiap orang harus dibebaskan dari kungkungan masyarakat.
Orang dengan sendirinya akan terdorong melakukan hal yang mulia apabilah mereka dapat melihat suatu kentungan pribadi didalamnya. Atau lebih tepatnya setiap orang harus menanamkan didalam dirinya motif mencari keuntungan dan mengumpulkan kekayaan. Sebab kekayaan itu, perlu untuk kesuksesan usaha dan kemakmuran bangsa.
Kapitalis dengan kepedulian sosial, memandang urusan bisnis sama pentingnya dengan urusan kebijakan sosial, begitulah kata de Vos. Bahkan tidak pernah sebelumnya di prediksi oleh Karl Marx kritiknya tentang alienase, konflik kelas atau kesadaran palsu, telah dapat dipecahkan lewat muatan kesadaran sosial yang ditambahkan oleh de Vos. Dalam hal ini, kapitalisme menciptakan unsur yang kosong pada kehidupan sosial yang disebut kapitalisme penuh hasrat, yaitu kapitalisme yang mengumbar kebahagiaan untuk memperoleh keuntungan, mengubah hasrat menjadi kebutuhan.
Menyambungkan antara mesin produksi (Pabrik) dan mesin hasrat (Psikis), selanjutnya di eksploitasi. Beberapa contoh yang real, kaki anda bila seorang pemain bola, suara anda bila seorang penyanyi, & kreativitas anda bila anda seorang seniman. Semuanya akan menjadi barang baru yang produksinya tidak terhenti sepanjang yang dikonstruk adalah hasrat manusia. Seperti kita ketahui salah satu sifat hasrat adalah pencarian kepuasaan yang tidak ada akhirnya.
Sebagai Middle Class Mahasiswa tidak lepas dari hegemoni kapitalisme global, sehingga sangat banyak yang apatis terhadap perubahan sosial. Mereka berpikir hasrat pemenuhan pribadi jauh lebih penting daripada terjun langsung diruang-ruang sosial, tipe-tipe Mahasiswa ini bermunculan dengan istilah aneh seperti mahasiswa hedonis.
Mereka adalah korban dari media, yang memperlihatkan keindahan tubuh, fashion, dan kebiasaan ala selebriti yang dipertontonkan diacara televisi. Begitupun dengan kelompok religius fanatik yang telah diperparah keyakinannya terhadap dogma. Sehingga dengan sendirinya, mereka bisa menginterfensi keyakinan seseorang, tampil sebagai utusan-utusan dengan wajah dan rupa yang anggun tetapi hatinya tidak lepas dari kepentingan atau hasrat golongannya.
Lain lagi dengan kelompok mahasiswa yang menyebut dirinya dari kalangan aktivis, tanpa analisis yang kritis mereka turun membanjiri jalanan dan berhasil memacetkan jalan, sehingga simpati masyarakat yang semestinya berpihak kepada mereka berbalik mencelah mereka. Dengan alasan bahwa setiap kali mahasiswa melakukan kampanye massa dijalanan, aktivitas perjalanan, dan perekonomian terganggu. Apapun alasannya, mahasiswa turun kejalan tidak pernah dibenarkan oleh masyarakat. Inilah yang saya sebut sebagai krisis citra.
Ada begitu banyak yang perlu dibenahi pada gerakan Mahasiswa pada hari ini. Media sudah terlanjur menanamkan stigma negatif pada khalayak terkait aksi demonstrasi Mahasiswa. Begitupun kecendrungan Mahasiswa yang apatis diperparah oleh hegemoni kapitalisme global. Sekte gerakan yang lebih mengandalkan golongan, membuat kita terkotak-kotak dan enggan untuk bersatu. Padahal masih banyak persoalan kebangsaan yang menjadi pekerjaan seorang Mahasiswa. Turun kejalan karena kesadaran nurani adalah panggilan.
Tradisi-tradisi pendahulu menurut saya, sangat baik untuk dilakukan kembali Baca, Tulis, Diskusi, dan Aksi. Dengan catatan kita akan berangkat dari persamaan derajat sosial, bahwa kita ini hadir untuk membela yang lemah dan melawan segala macam bentuk ketidak adilan. Dengan cara ini, mungkin hegemoni kapitalisme akan dapat berkurang. Terlebih penyadaran-penyadaran dijadikan sebagai ajang untuk bersilaturahmi merupakan sebuah kewajiban untuk seorang mahasiswa.
Dengan Membaca, kita akan menemukan gagasan cemerlang dari para tokoh berpengaruh, kemudian selanjutnya merangkumnya kedalam sebuah Tulisan, kita akan bisa menyampaikan gagasan itu secara tidak langsung. Begitupun dengan Diskusi yang dapat mengajarkan kita bagaimana berpendapat didepan umum, selanjutnya Aksi mengkampanyekan segala macam tuntutan kita, sehingga masyarakat luas mengerti apa yang diperjuangkan untuk mereka. Dengan begitu kita akan mudah untuk menyatukan persepsi kita tentang perubahan sosial yang berkeadilan.
Makassar, 29 Maret 2015 Sekretariat Maperwa FMIPA UNM
*Penulis: Sultan Rustan, Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA UNM, Presiden BEM FMIPA UNM Periode 2011-2012
=============================================================================
Kirim Tulisan, Berita, Opini, Foto atau Karya Sastra Anda dalam bentuk word ke email profesi_unm@yahoo.com
untuk diterbitkan di rubrik Citizen Journalism Profesi Online. Sertakan
juga foto, nama lengkap, jurusan/prodi atau jabatan Anda.