Berita Terbaru!! :
Home » , » Psikologi Emosional Gadis Kecil Sheila

Psikologi Emosional Gadis Kecil Sheila

Admin by Imam Rahmanto on Wednesday, 23 October 2013 | 01:40

Judul Buku  : Luka Hati Seorang Gadis Kecil, Sheila
Penulis : Torey Hayden
Penerbit      : Qanita
Tahun terbit : 2004
Tebal buku : 258 halaman


“Yang enggak dapat kumengerti adalah mengapa yang baik-baik selalu berakhir?”

“Segala sesuatu selalu ada akhirnya.”

“Enggak untuk sebagian. Enggak yang jelek-jelek. Yang jelek-jelek itu enggak pernah mau pergi.”

“Ya, Sheil, mereka pun pergi. Jika kamu membiarkan mereka pergi, mereka pergi. Tidak secepat yang kita inginkan kadang-kadang, tetapi mereka pun berakhir. Yang tidak berakhir adalah perasaan kita terhadap satu sama lain.”

***

Sheila, salah satu novel besutan Torey Hayden yang bercerita tentang gadis kecil berusia 6 tahun yang menderita gangguan emosional. Ia nyaris saja menewaskan seorang anak berumur 3 tahun dengan membakarnya hidup-hidup.  Meskipun demikian, ternyata ia memiliki kecerdasan IQ di atas 180, kecerdasan yang di atas rata-rata anak seusianya.

Novel yang dituliskan oleh perempuan kelahiran 1951 ini merupakan cerita yang diangkat dari kisah nyatanya sendiri selama membina anak-anak dengan kelainan mental, termasuk Sheila. Dalam bukunya ini, ia menceritakan bagaimana pertama kalinya ia dipertemukan dengan “anak langka” itu dan kemudian menjalani masa-masa sekolah dengan delapan murid lainnya. Sedikit demi sedikit, ia pun berusaha menjinakkan anak tersebut.

Di kelas tempat ia mengajar anak-anak disabilitas itu, banyak pelajaran-pelajaran yang ia temukan. Bagaimana normalnya berada di kehidupan-kehidupan yang tak normal. Bahkan, ia menganggap anak-anak dengan kekurangan mental maupun fisik itu jauh lebih normal dibandingkan orang-orang normal di luar sana. Sheila, yang ditinggal pergi oleh ibunya dan hidup berdua dengan ayahnya yang pemabuk, cenderung meledak-ledak emosinya. Ia tak pernah menangis dan ia selalu memendam dendam.

Meskipun novel ini merupakan novel terjemahan, namun caranya bercerita cukup baik. Gaya penceritaan yang cenderung serius memang agak membosankan, namun cerita-ceritanya yang dinarasikan secara detail benar-benar menghanyutkan pembaca untuk menyelesaikannya hingga akhir halaman.

Beberapa pengembangan perilaku psikologis pun secara langsung bisa kita pelajari lewat buku ini. (*)

***

“Saya pun tidak merasa harus tahu karena memang hanya sedikit perilaku manusia yang dapat direduksi dalam perjalanan sebab-akibat.”

“Barangkali keajaiban terbesar jiwa manusia adalah kemampuannya untuk tertawa. Menertawakan diri sendiri, menertawakan satu sama lain, menertawakan situasi kita yang kadang-kadang tanpa harapan. Twa menormalkan hidup kita.”

“…Dan juga karena beberapa hal memang sulit untuk dibicarakan. Aku bahkan tidak tahu mengapa begitu. Kukira karena itu membuat kita takut. Bahkan kami orang-orang yang sudah besar ini, takut. Dan kalau orang besar takut tentang sesuatu, mereka tidak suka membeicarakannya. Itulah salah satu kesulitan menjadi orang besar.”


*Imam Rahmanto



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap