Berita Terbaru!! :
Home » » Tahun Baru 2015 dan Ke"kini"an Kita

Tahun Baru 2015 dan Ke"kini"an Kita

Admin by Thinkpedia Indonesia on Thursday 1 January 2015 | 18:27

Dr. Muhammad Arsyad, MT
Dosen Fisika Bumi FMIPA UNM
(Foto: Int)
PROFESI-UNM.COM - Kemarin sore, Rabu (31/12) sekitar pukul 17.30 Wita pada saat memasukkan mobil ke garasi, belum sempat penulis turun dari mobil, datang seorang anak muda menyodorkan buku kecil sambil berkata “Sudilah kiranya bapak memberikan sumbangan sedikit untuk kegiatan anak muda nanti malam dalam rangka perayaan tahun baru,” ucapnya.

Penulis melirik sebentar dan pikiran negatif muncul di benakku. Apakah begini caranya “Generasi Muda” untuk merayakan pergantian tahun? meminta belas kasihan dari orang lain dan selanjutnya melakukan hura-hura semalam suntuk? dan masih banyak pikiran lain yang muncul, tentunya. 

Deskripsi di atas memperlihatkan diversifikasi makna tahun baru bagi umat manusia. Dalam skala di kompleks penulis tinggal, maka “Anak-anak Muda” memaknainya hura-hura dan kejadian untuk melupakan penatnya kehidupan sepanjang tahun ini.

Tahun baru adalah suatu perayaan dimana suatu budaya merayakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Perayaan tahun baru 1 Januari dimulai tahun 45 SM sesaat setelah Julius Caesar dinobatkan menjadi Kaisar Romawi. 

Tentu, perayaan pada saat itu sangat berbeda dengan perayaan tahun baru 1 Januari 2015 di seantero dunia yang menggelobal ini. Dalam konteks kekinian, pergantian tahun 2014 ke 2015, Indonesia berduka dengan jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura dengan total penumpang 162 orang (penumpang+kru pesawat). Usaha keras dari BASARNAS sehingga menemukan lokasi kecelakaan dan beberapa penumpang dapat ditemukan. 

Sebelumnya, longsor besar di Banjarnegara dengan meluluhlantakkan infrastruktur, sarana dan prasarana lainnya, bahkan korban jiwa dalam musibah ini. Alhamdulillah, Presiden Jokowi memperlihatkan empati yang sangat luar biasa dengan mendatangi langsung lokasi, bahkan terbang hanya 300 meter di atas lokasi jatuhnya pesawat Air Asia, begitu pula di lokasi longsor, bapak Presiden itu turun ke titik longsor, bukan hanya menunjuk-nunjuk di atas bukit yang sering diperagakan para pemimpin lain.

Kalau seorang Presiden (Kepala Negara) melakukan seperti ini, mengapa seorang kepala RT masih memasang “Polisi Tidur” di jalanan depan rumahnya. Inilah paradoks pemimpin kita, masih mau dilayani dan “Aji Mumpung” masih berlaku.

Dalam konteks Sulawesi Selatan, tahun 2015 bukan berarti tahun yang adem ayem saja tetapi gegap gempita karena prosesi demokrasi langsung akan memberi warna. Beberapa kabupaten dan kota akan melaksanakannya. Tentu, kegiatan ini akan berimbas pada kegiatan warga pada umumnya. 

Dengan dalih demokrasi, maka kampanye terbuka apatalagi yang terselubung lebih intens dan sangat rigid dilakukan. Kadang, karakter Bugis-Makassar Sipakatau, Sipakalebbi, Siri na Pacce diluluh lantarkan para tim suksesi, dengan dalih suara terbanyak, suara rakyat suara Tuhan. Alhamdulillah Bapak Gubernur SYL melakukan dzikir di rumah jabatan, penulis berharap agar kegiatan ini bukan sifatnya seremoni belaka, tetapi mengandung makna yang dalam.

Sementara, pada konteks Universitas Negeri Makassar (UNM), untuk pertama kalinya sejak penulis menjadi dosen (hampir 25 tahun) bahkan sejak mahasiswa (sekitar 30 tahun lalu) pergantian tahun 2015 ini mahasiswa UNM diliburkan karena “Tawuran”. Atraksi yang selalu dan menjadi menu dalam periode perkuliahan keseharian kampus di Parangtambung, walaupun semuanya dipicu hal-hal yang kelihatannya sepele, tidak logik dan tidak ilmiah. 

Tibalah saatnya para pemimpin universitas, dekanat, sampai jurusan duduk bersama untuk melihat UNM milik kita semua, menghilangkan keegoan yang sempit, sehingga UNM menjadi universitas besar dan berkelas dunia. Spanduk yang tertulis di salah satu sudut kampus, bahwa "jangan kuliah di UNM kalau tidak mau sukses", adalah suatu keniscayaan. UNM adalah penghasil pemikir, penghasil guru terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan penulis yakin bahwa masih banyak “Manusia-manusia” Indonesia yang bangga karena kuliah di UNM ini.

Dalam konteks FMIPA, Pergantian tahun ke 2015 ditandai dengan pembentukan Panitia pemilihan Dekan periode 2014-2018. Mudah-mudahan regenerasi pemimpin di Fakultas yang dibanggakan ini merupakan epinsentrum kebangkitan FMIPA ke depan di UNM ini. Saatnya berbernah, sehingga ada sinergitas antara program Provinsi, Walikota dan kampus oranye ini semakin kelihatan. Insya Allah!!! (*)

Penulis: Dr. Muhammad Arsyad, MT (Dosen Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA UNM  & Peneliti Karst)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kirim Tulisan, Berita, Opini, Foto atau Karya Sastra Anda ke email redaksi@profesi-unm.com atau profesi_unm@yahoo.com untuk diterbitkan di rubrik Citizen Journalism Profesi Online. Sertakan juga foto, nama lengkap, jurusan/prodi atau jabatan Anda.



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap