Aparat kepolisian menyerang masuk ke UNM kampus Gunung Sari, Kamis (13/11) lalu. Polisi bertindak brutal dengan merusak fasilitas kampus dan menangkap sejumlah mahasiswa. (Foto: Febriawan - Profesi) |
Hari itu, pecahan kaca jendela berserakan di lantai akibat hantaman benda keras. Aparat kepolisian merangsek masuk ke dalam kampus UNM Gunung Sari. Alasannya karena Wakapolrestabes, AKBP Toto Lisdiarto terkena anak panah dan membuat puluhan polisi mengamuk tak terkendali.
Ratusan motor pun rebah bak dihantam badai, juga karena ulah polisi. Mahasiswa yang mencoba menyelamatkan motornya malah dipukuli. Sampai-sampai membuat kepala beberapa mahasiswa berdarah. Aksi bringas itu juga mengarah kebeberapa wartawan. Wartawan yang mencoba mengambil gambar kena bogem polisi. Parahnya, ada wartawan yang terkena pukulan hingga mengakibatkan luka robek di bagian kepala.
Mahasiswa yang sedang kuliah juga jadi korban. Gas air mata ditembakkan, yang mengarah ke ruang kelas. Laki-laki ditangkap, dipukuli, dihantam tameng, dan diseret ke mobil. Sementara perrempuan dibentak dengan kata-kata kotor. Dosennya juga dibentak karena dianggap menghalangi.
Kasman, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Keolahragaan (PD III FIK) UNM juga jadi korban. Kasman, yang berniat untuk melerai kisruh tersebut, kena getahnya. Ia diseret seperti pencopet. "Apa itu PD III? Baru ka dengar istilah itu," ujar salah satu polisi, kala dihadang oleh satuan pengamanan kampus.
Selain melakukan pengrusakan fasilitas kampus, mereka juga menangkapi mahasiswa yang dituding sebagai pelaku. Sebanyak 46 orang, digelandang ke Mapolrestabes Makassar. Namun, 44 dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan. Dua masih ditahan lantaran polisi menemukan benda tajam di dalam tasnya.
Sejak kejadian itu, kalangan mahasiswa, mulai ramai menyampaikan kecaman. Kecaman itu muncul di media sosial maupun di dunia nyata. Mereka menuntut agar Kapolda Sulawesi Selatan Barat, Irjen Anton Setiadi dan Kapolrestabes Makassar, AKBP Setyo Hartono dicopot dari jabatannya sebagai orang yang paling bertanggung jawab.
Hadirnya istilah Insting juga mirip dengan istilah Amarah (April Makassar Berdarah), 1996 silam. Unjuk rasa mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) berakhir ricuh dengan aparat (TNI dan Polisi). Aparat menyerang ke dalam kampus UMI yang berujung tewasnya tiga mahasiswa. (*)
*Reporter: Ari Maryadi