Berita Terbaru!! :
Home » , » Porsi Pengajaran Sastra Menipis di Kurikulum 2013

Porsi Pengajaran Sastra Menipis di Kurikulum 2013

Admin by Imam Rahmanto on Wednesday, 6 March 2013 | 09:45

Peserta sedang serius mengikuti seminar nasional sastra yang dilaksnakan di gedung PPs UNM, Selasa (5/3). (David-Profesi)

PROFESI-UNM.COM - Kurikulum 2013 yang sementara digodok pemerintah kian menjadi perbincangan menarik. Terbukti dengan maraknya seminar atau workshop yang mengangkat tema mengenai Kurikulum 2013, tak terkecuali bagi Universitas Negeri Makassar sendiri.

Salah satu acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Bahasa S-3 PPs UNM mengangkat tema yang serupa, Selasa (05/03). Acara yang digelar di aula lantai 5 PPs UNM ini mengupas habis tentang Kurikulum 2013 dengan menghadirkan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. Dr. Mahsuri yang juga terlibat dalam tim kurikulum 2013.

Arifuddin selaku Ketua Penitia Pelaksana yang sekaligus me-moderatori acara tersebut mengungkapkan bahwa kurangnya minat siswa akan sastra dikarenakan kurangnya porsi pembelajaran sastra pada kurikulum. “Diketahui bersama bahwa sastra itu tidak terlalu diminati oleh pelajar mulai dari SD sampai SMA karena kurikulumnya yang tidak memberikan porsi banyak kepada pembelajaran sastra. Kalaupun ada pembelajaran sastra pada kurikulum, hal itu sifatnya implisit sehingga diperlukan interpretasi-interpretasi guru bahasa Indonesia,” terangnya.

Arif menambahkan, dalam kurikulum 2013, pelajaran mengenai Sastra akan diajarkan pada tingkat kelas VII sehingga dapat menyebabkan anak di Sekolah Dasar akan mengabaikan sastra. “Nanti diajarkan sastra pada kelas VII artinya pada SD pelajaran sastra ini ditinggalkan. Padahal kalau kita mau membangun minat dan bakat peserta didik mestinya diajarkan sejak SD sebagai pondasi/ fundamen sastra,” tuturnya.

Di akhir, Arif menegaskan bahwa selain minat siswa terhadap Sastra akan menurun, bukan hanya karena tidak dapat banyak porsi dari kurikulum tetapi juga karena kurangnya kemampuan sastra yang dimiliki guru bahasa. “Jadi jangan salahkan siswa tapi salahkan pada kurikulum yang tidak memberikan porsi banyak. Dan ingat bahwa tidak semua guru bahasa bisa mengajarkan sastra,” tegasnya. (*)


*Reporter: A. Sri Mardiyanti



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap