Wisudawan yang bakal berkompetisi di dunia kerja. (Rizki-Profesi) |
Menanggapi hal itu, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling (BK), Abdullah Pandang, menilai kurikulum ini seakan orientasinya hanya sekadar menulis, membaca dan menganalisa melulu saja, seakan semua siswa bisa belajar dengan sendirinya saja, padahal kenyataannya banyak siswa yang memiliki banyak masalah, tidak mungkin guru mata pelajaran bisa mengatasi semua itu.
“Paling tidak kan yang saya baca itu, memang semuanya hanya pada mata pelajaran saja. Kita yakin kita tidak akan hilang,saya menganggap ini kita tidak terancam,” tuturnya.
Abdullah menambahkan telah melakukan pertemuan melalui forum Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN) di Jakarta mengenai sikap para konselor itu. Berdasarkan pertemuan, ia telah mengirim somasi ke Kemedikbud mengenai permintaan wajib hadirnya posisi BK dikurikulum ini.
“Yang kami tegaskan ini, adalah bagaimana posisi BK nanti, harus jelas dalam kurikulum, selama ini kan BK di beberapa tempat kita tidak pernah memiliki jam tertentu, selama ini kan BK hanya beriorentasi pada kliniks dan koreksi,”tegasnya. (*)
*Sumber: Tabloid Cetak