Kampus FIS sektor Hasanuddin. (Fajrianto/Profesi) |
Ketua prodi Pendidikan IPS, Maharuddin Pangewa membenarkan hal tersebut. Menurutnya, pada dasarnya pengelolaan kelas B nyaris seperti swasta. Oleh karena itu, ia menganggap adalah hal yang wajar jika mahasiswa kelas B merasa dianaktirikan. “Universitasnya saja negeri tapi pembayarannya swasta,” paparnya. Ia melanjutkan, hakikatnya mereka tidak lulus masuk UNM. “Akan tetapi dengan adanya kebijakan universitas dan sedikit permintaan orang tua, maka kami membuka kelas itu,” jelasnya lagi.
Hikmah, salah seorang mahasiswa Pendidikan Sejarah kelas B mengaku kesulitan untuk mengakses kampus yang berada di jl. Sultan Hasanuddin tersebut. “Padahal kami sudah ngekos dekat Gunsar. Tapi nyatanya kami ditempatkan di kampus Hasdin,. Otomatis biayanya nambah, apalagi transportasi untuk kesana juga susah,” keluhnya.
Selain itu, ia mengungkapkan, uang yang dibayarkan tidak sesuai dengan fasilitas yang mereka dapatkan. Ruangan yang tidak memeiliki lampu membuat Hikmah dan kawan-kawannya kuliah dengan keadaan gelap.
Akan tetapi, Pembantu Dekan bidang Sarana dan Prasarana (PD II), Suryani Mursalim menganggap lumrah fenomena tersebut. Ia bahkan mengancam prodi kelas B bakal ditutup jika mahasiswa masih banyak mengeluh. “Jjika mereka masih mengeluh, kalau bisa kelas B ditutup saja. Untung ada Hasdin yang digunakan. Kalau tidak, mereka tidak bakal di UNM,” ketusnya. (*)
*Reporter: Nur Laela