Berita Terbaru!! :
Home » » Menyongsong “Wajah Baru” HMPS Pendidikan Sosiologi FIS UNM

Menyongsong “Wajah Baru” HMPS Pendidikan Sosiologi FIS UNM

Admin by Unknown on Sunday 28 December 2014 | 07:19

Ferdy Al Mubarak.
(Foto: ist)
PROFESI-UNM.COM - Istilah “Wajah Baru” di sini bisa dimaknai secara harfiah maupun metaforis. Keduanya sama-sama benar. Secara harfiah, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Sosiologi FIS UNM akan melangsungkan Musyawah Program Studi (MUPROS) ke-IV, di dalamnya ada pemilihan Ketua Umum yang baru (periode 2014-2015), sehingga, muncul wajah baru (sosok baru) yang memimpin HMPS pada periode selanjutnya. Secara metaforis, melalui sosok Ketua Umum yang baru, HMPS Pendidikan Sosiologi FIS UNM memiliki kesempatan untuk melakukan terbosan-terobosan baru guna menciptakan kondisi yang lebih baik lagi, sehingga akan nampak wajah baru HMPS Pendidikan Sosiologi FIS UNM.


Hasrat untuk melakukan terobosan-terobosan baru bukan berarti membuang seluruh tradisi lama. Pembaharuan hanya dilakukan pada aspek-aspek yang memang perlu untuk diperbaharui saja dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada saat ini. Oleh karena itu, sosok Ketua Umum yang baru harus mampu menganalisa secara jeli persoalan-persoalan yang ada di dalam HMPS Pendidikan Sosiologi FIS UNM agar mampu melakukan pembaharuan secara proporsional. Tentu saja, syarat yang paling utama bagi seorang Ketua Umum untuk menciptakan wajah baru HMPS Pendidikan Sosiologi adalah memiliki keberanian untuk melakukan terbosan baru. Sosok Ketua Umum bukan orang yang suka “membebek”/patuh secara buta kepada orang lain. Ia harus mampu menjadi dirinya sendiri. Ia harus berani mewujudkan ide-ide konstruktif untuk HMPS Pendidikan Sosiologi. Ketua Umum harus berjiwa manusia merdeka, bukan wayang atau boneka yang mudah dikendalikan.


Manusia merdeka sama sekali bukan manusia yang tidak mau menerima kritik, saran, masukan, dll. Sama sekali bukan!!! Manusia merdeka adalah manusia yang memiliki idealisme tinggi. Ia akan menerima kritik, saran, masukan, dll. setelah ia mengetahui bahwa itu semua baik bagi organisasi. Jadi, ia memiliki kesadaran terhadap kebijakan-kebijakan yang ia tetapkan. Ia tidak akan bisa didikte oleh orang lain.


Ingat ketika Umar bin Khattab, terpilih sebagai Khalifah, dia senantiasa begadang dan berjalan malam demi mendengarkan derita rakyatnya. Bahkan, suatu ketika menemukan seorang ibu memasak batu untuk anaknya karena tidak ada lagi yang bisa dimakan. Menyaksikan kenyataan itu, Umar bin Khattab bergegas pulang dan tidak menunda waktu menyelesaikan masalah itu. Dia sendiri yang memikul gandum untuk dimakan rakyatnya yang sedang kelaparan. Masih adakah pemimpin yang peduli seperti Umar? Semoga bangsa ini lahir jiwa Umar yang peduli terhadap nasib rakyatnya.


Kalau kita mengambil pesan dari dari umar bin khattab, maka kita mendapati bahwa seorang pemimpin disimbolkan sebagai pelayan artinya, seorang pemimpin harus mampu merangkul dan mengayomi masyarakatnya. Ia harus mengabdikan diri untuk organisasinya, bukan mengabdi untuk dirinya sendiri, bukan mengabdi untuk kelompoknya sendiri. Itu semua akan tercapai hanya ketika seorang pemimpin itu adalah orang yang merdeka, bukan wayang atau boneka yang sudah tentu dimiliki oleh salah satu pihak saja. Mampukan kita menghadirkan sosok yang demikian itu? (*)


SEMOGA. JAYALAH HMPS PENDIDIKAN SOSIOLOGI FIS UNM!!!



*Penulis : Ferdy Al Mubarak Mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi FIS UNM, Mantan Ketua Umum HMP Pendidikan Sosiologi FIS UNM Periode 2012-2013.




==========================================================

Kirim Tulisan, Berita, Opini, Foto atau Karya Sastra Anda ke email  profesi_unm@yahoo.com untuk diterbitkan di rubrik Citizen Journalism Profesi Online. Sertakan juga foto, nama lengkap, jurusan/prodi atau jabatan Anda.




Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap