Berita Terbaru!! :
Home » » AJI dan Persma Teatrikalkan Kekerasan Terhadap Wartawan

AJI dan Persma Teatrikalkan Kekerasan Terhadap Wartawan

Admin by Unknown on Monday 29 December 2014 | 01:19

Idris, anggota AJI Makassar melakukan monolog
dengan tangan dan kaki terikat rantai.
(Foto: Febriawan-Profesi) 
PROFESI-UNM.COM - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar menggelar aksi kekerasan terhadap wartawan di depan Menara Bosawa, Minggu (28/12) sore. Lima pers mahasiswa andil dalam kegiatan akhir tahun AJI itu. Antara lain, LPM Profesi UNM, LPMH Unhas, PK Identitas Unhas, Wasilah UIN, dan Radio Mahasiswa Mozz UVRI.

Unjuk rasa itu dikemas dalam bentuk teatrikal simbolik akibat kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap wartawan November lalu. Teatrikal itu dimulai dengan enam laki-laki membawa payung dan enam perempuan di sampingnya sambil memegang papan karton bertuliskan "Tahun Duka Jurnalis Makassar." Mereka yang seluruhnya mengenakan pakaian hitam tiba-tiba tak sadarkan diri setelah terdengarnya bunyi sirine dan tambakan.

Seorang perempuan pun tampil membawakan puisi yang menggambarkan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian. Puisi itu lalu disusul dengan monolog seorang pria yang dirantai dan meneriakkan kekecewaan terhadap aparat dan rakyat yang mengharap kepada pilar keempat demokrasi tapi tak menghargai jasanya.

Tiga perwakilan persma kemudian menyampaikan orasi. Salah satunya, Ketua Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Hukum (LPMH) Universitas Hasanuddin, Ramli, mengatakan, betapa kemerdekaan pers sekarang dan profesi jurnalis tidak harmati oleh aparat penegak hukum. "Kita lihat kasus yang terjadi baru-baru ini di kampus UNM. Jelas-jelas dengan identitas yang lengkap dengan kartu pers tetapi tetap saja dikerasi," teriaknya.

Setalah itu, Ketua AJI Makassar, Gunawan Mashar berorasi yang mengungkapkan maksud digelarnya aksi tersebut. "AJI Makassar mencatat, sepanjang tahun ini begitu banyak intimidasi dan acaman. Puncaknya adalah kekerasan yang terjadi pada bulan November. Melalui aksi ini kita berharap tahun 2015 nantinya tidak terjadi lagi hal-hal yang terjadi tahun ini. Tidak ada lagi intimidasi, tidak ada lagi kekerasan, dan tidak ada lagi ancaman," harapnya.

Terakhir, seorang lelaki tampil membawakan puisi berjudul "Burung Hering" yang menggabarkan kemarahan terhadap perlakuan yang semestinya tidak didapatkan kaum pewarta. Empat algojo mengakhiri teatrikal tersebut dengan menutupi pembawa puisi itu menggunakan kain hitam. (*)

Reporter: Maqbul Faturrahman



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap