![]() |
Seorang mahasiswi melihat himbauan yang terpampang di depan pintu gerbang masuk kampus parangtambung, Senin (24/11) (Foto: Febriawan Djalil - Profesi) |
Pasalnya, hal ini dianggap sangat merugikan oleh kalangan mahasiswa, baik yang aktif mengikuti perkuliahan ataupun dalam proses penyelesaian studi. "Tidak semua mahasiswa ikut demonstrasi. Kalau pun ada demonstrasi, kan perkuliahan tetap bisa berjalan sehingga SKS bisa dipenuhi," ujar Indra Saputra, mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNM.
Lagi pula, menurut Indra, kebijakan libur ini tidak menjamin demonstrasi mahasiswa berakhir. "Walaupun ditutup kampus, mahasiswa masih melakukan konsolidasi di luar. Artinya masih akan ada demo," katanya.
Keluhan lainnya dari akun Facebook Musliana Fajriana. "sekalian ndag usah d aktifkan kampus. mauki yudisium dan akhirnya gak jadiiiiii. uuuuh," tulisnya di Fanpage Facebook Profesi.
Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Miswar juga mengeluhkan hal yang hampir sama. "Saya mahasiswa Biologi, banyak praktikum yang tidak berjalan kalau sering libur. Bisa-bisa nanti giliran mestinya libur, tidak bisa maki libur," tuturnya
Begitupun dengan Khaidir. Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi (FE) UNM ini mengeluhkan, tidak semestinya birokrat memilih kebijakan yang sama dengan pakan lalu. "Apapun yang terjadi akademik jangan dikorbankan. Seolah-olah tidak ada solusi yang lain lagi kecuali libur dan tutup kampus," pungkasnya. (*)
*Reporter: Rijal Ashari