Ilustrasi - Profesi |
Bukan hanya kebakaran, bulan November juga diwarnai dengan bentrok antar Fakultas Teknik (FT) dengan Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) serta Fakultas Seni dan Desain (FSD) terjadi Senin 18 November dan Senin 25 November bahkan mahasiswa FBS pun diliburkan hingga empat hari. Sejak kejadian beruntun tersebut akhirnya hingga hari ini Jumat (20/12) satuan Brimob Pabaeng-baeng masih berjaga di kampus FBS.
Menanggapi hal ini Kepala Suku Bestra Ilyas Zainuddin saat ditemui di FBS Jumat (25/12), mengungkapkan kegelisahannya mengenai aparat yang berjaga di kampus 24 jam dengan berseragam lengkap. Kehadiran mereka entah untuk tujuan apa, yang jelas jika kehadiran mereka dianggap untuk menjaga agar tidak terjadi bentrok maka hal ini bukanlah sebuah solusi.
“Polisi berjaga di kampus agar tidak bentrok ibarat seseorang yang mengawasi kucing dan anjing yang sedang berkelahi, hanya sekadar melerai tanpa mencari akar permasalahannya,” terangnya.
Lebih lanjut Ilyas menambahkan, diposisi ini UNM tidak butuh lagi sikap peleraian. UNM butuh pemecahan masalah dari akar masalah yang tidak akan pernah berakhir jika sekadar menugaskan polisi berjaga di kampus.
Dekan FBS Kisman Salija saat ditemui di FBS, Kamis (5/12) lalu mengungkapkan sikap tidak setujunya dengan kehadiran aparat kepolisian. Seharusnya jika memang perlu melakukan pengamanan maka bukan hanya di FBS tetapi perlu juga melakukan pengamanan di FT dan FSD. Selain itu FBS dalam kejadian ini adalah sebagai korban sehingga tidak perlu diintimidasi lagi dengan banyaknya polisi berkeliaran di daerah kampus. (*)
*Sulastri Khaer