![]() |
Int. |
Menurutnya, beberapa mahasiswa membuang pembungkus makanan sembarangan. Padahal tempat sampah sudah disediakan. “Percuma tukang bersih dibayar kalau anda terus mengotori. Baru-baru dibersihkan, dikotori lagi. Coba kalau kita lewat bersih, kan enak dilihat, tapi coba kalau kotor, kan jorok. Sudah diberikan fasilitas, tidak dimanfaatkan dengan baik, malah dikotori,” sindirnya.
Ismail mengakui memang saat awal Pinisi ditempati tidak ada tempat sampah yang disediakan, maka itu dianggapnya wajar bila sampah yang dibuang mahasiswa berserakan. Namun, ia menyayangkan setelah tempat sampah disediakan, ternyata lantai I Pinisi masih tetap kotor dengan sampah-sampah plastik.
“Kalau dulu kotor itukan wajar, tapi sekarang setelah tempat sampah ada, coba lihat! Masih tetap seperti itu,” sesalnya. Ia pun mengharapkan mahasiswa selain memanfaatkan dan membanggakan Pinisi setidaknya mampu merawat dan menjaga keindahannya. (*)
*Khaerul Mustaan