Tulisan yang mensyaratkan jumlah maksi- mal pengguna Lift Pinisi. (Rizki-Profesi) |
Lift yang seyogyanya menjadi penghubung tiap lantai di gedung kebanggaan UNM itu hanya bisa menampung maksimal 11 orang, seperti yang tertuliskan pada sisi pintunya. Akan tetapi pada kenyataannya, belum sampai 10 orang, para pengguna lift sudah harus berdesak-desakan di dalamnya. Meskipun pengadaannya lebih dari satu, pengunjung atau pegawai UNM yang bermaksud naik ke lantai atas pun harus rela menunggu beberapa lama hingga lift benar-benar muat untuk ditumpangi. Bahkan tak jarang mereka lebih memilih menggunakan tangga.
Diakui Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Ismail Muchtar, lift di Menara Pinisi memang sempit. Namun, ia sendiri yang bermukim di lantai 2 Pinisi mengaku sangat jarang memanfaatkan fasilitas tersebut. Ia lebih senang berjalan kaki menaiki tangga menuju ruang kerjanya. Selain lebih cepat dan praktis, ia juga masih belum banyak berurusan dengan ruangan-ruangan yang bertempat di lantai atas Pinisi. “Tidak perlu dikeluhkan sebenarnya. Kan lebih baik kalau naik tangga karena sambil berolahraga,” tuturnya ringan.
Lain pula dengan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) Heri Tahir. Ia sebenarnya sangat menyayangkan pengadaan lift di Pinisi yang sangat minim itu. Menurutnya, gedung megah berlantai 17 itu seharusnya menyediakan fasilitas lift yang lebih memadai. “Bandingkan saja dengan lift yang dimiliki oleh gedung PPs yang berlantai 5. Biar gedungnya kecil, tapi lift-nya luas,” keluhnya.
Ia yang pernah mengemban jabatan selaku Asisten Direktur II PPs merasakan betul perbedaan terkait elevator tersebut. Apalagi tinggal menunggu hari saja ruangannya yang bertempat di lantai 2 gedung rektorat akan berpindah ke lantai 6 Menara Pinisi. Diakuinya, butuh tenaga ekstra setiap hari kalau hanya mau mengandalkan tangga untuk naik-turun ke ruangan barunya itu.
“Gara-gara lift-nya sempit, salah satu lemari di ruangan ini (ruangan PR III, red) harus dikembalikan karena tidak muat untuk diangkut lift ke ruangan baru di Pinisi. Itupun lemarinya sebenarnya sudah dipisah-pisah,” ujarnya sembari menunjuk satu-satunya lemari buffet yang tersisa di ruangannya. (*)
*Reporter: Imam Rahmanto