Berita Terbaru!! :
Home » , » The Power Of love

The Power Of love

Admin by Yasir Bakekok on Thursday 28 November 2013 | 01:39

PROFESI-UNM.COM - Namaku Ahmad Said, biasa di panggil ahmad, aku baru duduk di kelas XI SMA, di sekolahku sendiri aku mendapatkan julukan sikutu buku, mungkin julukan itu di berikan padaku karena sehari-hari aku hanya berteman dengan buku dan sahabatku Ina. Ya hanya Ina lah temanku satu-satunya, teman suka maupun duka, tidak ada rahasia di antara kami, semua keluh kesahku pasti kutuangkan dalam hatinya.

Hari demi hari kami lalui bersama penuh dengan senyum dan canda tawa, aku merasa hidupku sangatlah sempurna, tidak ada kendala yang berarti dalam perjalanan hidupku bagaimana tidak, aku selalu mendapatkan nilai terbaik di kelas dan semua guru memujiku. Sampai suatu hari dalam tugas kelompok, aku sangat bahagia, ketika aku satu kelompok dengan Ina, hidupku sangat…sangatlah bahagia, kami belajar bersama, membahas materi bersama, diskusi bersama dan yang paling penting kami pulang bersama.

Huuf…fff pagi ini matahari bersinar dengan cerahnya, burung-burung berkicau dengan merdunya, hembusan angin menyejukkan jiwa. Aku sangat bersemangat untuk datang kesekolah, langkah kakiku selangka demi selangka terasa sangatlah bermakna. Tak lama akupun sampai dalam kelas, mataku langsung tertuju kepada Ina dan betapa spesialnya diriku, ia sambut aku dengan senyuman yang sangat menawan, bibirku tidak bisa lagi bergetar, aku hanya bisa terpana memandangnya, betapa indah ciptaanmu ya ALLAH.

Setiaap detik mulai berlalu, jam sudah menunjukkan pukul 07:30 tapi ibu guru belum datang juga. Tak lama berselang dari kejauhan, ibu Siska mulai terlihat tapi ia bersama seseorang yang begitu asing bagiku, sosoknya sangatlah misterius dengan rambut yang berdiri, dengan wajah yang sangat cool, melenggak-lenggok dengan gaya yang funky abis, ia mulai mendekat dan sangat dekat seperti rasa penasaranku. Ibu Siska mulai duduk di bangkunya dan menjelaskan kepada kami mengenai sosok yang bersamanya, ternyata ia Rudi seorang siswa baru di kelas kami pindahan dari Maros.

Sosok Rudi memang membuatku penasaran, tapi yang membuatku bingung adalah sikap Ina yang senyum-senyum sendiri, di kepalaku serba tanda tanya, apalagi aku duduk berdampingan dengan rudi. Hari demi hari mulai berlalu, tak terasa canda tawa rudi membuatku akrab dengannya, begitupun dengan Ina ia mulai akrab dengan Rudi. Kami sering jalan bersama, makan bersama dan pulang bersama. Yah akupun merasa bahagia karena aku mendapatkan teman lagi, suatu hal yang sangat sulit bagiku.

Di keheningan malam yang dingin, terdengar deringan ponselku yang terus berdering, mataku seakan sudah terkunci akan rasa lelah ini, tapi kucoba untuk melirik dan betapa kagetnya aku ketika panggilan itu dari Ina, mataku langsung bersinar mengalahkan rasa lelahku, akupun mengangkat ponselku sambil berkata “hallo” Inapun menjawab salamku, rasa semangat inipun menggebu-gebu ketika ia berkata “ahmad, ada yang ingin aku sampaikan besok mengenai isi hatiku” akupun tak bisa berpikir lagi dan langsung kujawab “oke, kita ketemu besok”. Hatiku mulai tidak tenang, rasanya hati ini ditumbuhi bunga-bunga dari taman surga yang sedang bermekaran nan indahnya.

Hari ini, hari yang kutunggu-tunggu, aku datang lebih cepat dari biasanya, ya… tujuanku tidak lain mempersiapkan kedatangan Ida, taman-taman sudah kurapikan dan kuperindah dengan kembang yang indah. Hatiku sudah sangat gelisa menanti kedatangannya, hu…f di pikiranku sudah bercampur aduk, bagaimana seandainya kalau aku sudah berpacaran dengan Ida?, apakah aku mampu membahagiakannya!, tapi aku yakin, aku mampu dan hal yang terpenting sekarang adalah aku mendapatkan cintaku. Manaya Ina? (jawabku dalam hati), dari jauh aku sudah meliahat sosoknya, hatiku langsung merasa legah ketika ia melambai-lambaikan tagannya padaku, akupun langsung membawanya duduk di taman yang sudah aku persiapkan sebelumnya.

Tampa berpikir panjang, aku langsung berkaata kepada ina “kebahagianmu adalah kebahagianku juga), dan betapa bahagianya aku, ketika aku melihatnya tersenyum sambil berkata “Ahmad sesungguhnya aku sedang jatuh cintah” (betapa senannya aku mendengarnya) “dan mauka engkau membantuku?” spontang aku jawab “tentu” aku semakin tidak sabar dengan jawaban ina, “Ahmad, bisaka engkau membantuku menyatakan perasaanku?” dengan penuh tanda Tanya aku berkata “maksud kamu?” jawab ina “iya sebenarnya dari awal berjumpa aku sudah jatuh cinta dengan Rudi, tapi aku malu untuk menyatakannya, dan cuma kamu yang bisa membantuku ahmad!). Harapanku hancur berkeping-keping, hatiku terasa di cabik-cabik, ingin rasanya aku menangis sekencang-kencangnya. “ahmad mauka engkau membantuku?” jawab ina, “tentu, mengapa tidak sobat” jawabku dengan penuh rasa kecewa.

Semua ini kulakukan demi kebahagiaan Ina semata, kubantu ia menyatakan perasaannya kepada Rudi, sampai-sampai mereka resmi jadian, walau hatiku terasa hancur sekali, tapi itu semua tak sebanding dengan senyuman kebahagiaan Ina, sekaran aku sadar bahwa “cinta tak harus memiliki, tapi cinta, bagaimana kita bisa membahagiakan orang yang paling kita cintai, walau kita sendiri harus merasa sakit yang sangat menyakitkan”. Ah…h aku tak menuntut banyak sekaran, ya mungkin Ina bukan jodohku, tapi aku yakin ALLAH pasti sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untukku, dan sekaran aku mulai lagi dengan senyuman.(*)




*Penulis: Muhammad Said, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Daerah Bugis FBS UNM

Kirim Tulisan, Berita, Opini, Foto atau Karya Sastra Anda ke email redaksi@profesi-unm.com atau profesi_unm@yahoo.com untuk diterbitkan di rubrik Citizen Journalism Profesi Online. Sertakan juga foto, nama lengkap, jurusan/prodi atau jabatan Anda.




Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap