PROFESI-UNM.COM - Puluhan anggota Bengkel Sastra (Bestra) menggelar tabur bunga di Sekretariat Bestra yang dibakar oleh mahasiswa saat tawuran, Selasa (26/11). Sisa puing-puing Panggung Dg Pamatte disusun menjadi sebuah kuburan lengkap dengan sebuah nisan.
Kepala Suku Bestra Ilyas Saidudding mengatakan, makam ini sebagai wujud rasa berduka cita mereka karena kedamaian di kampus UNM Parangtambung telah tiada. Prosesi tawuran disaksikan segenap mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), hal ini juga sebagai bentuk kesedihan atas tragedy bentrok kemarin, Senin (25/11).
“Ini wujud duka cita kami karena kedamaian di kampus kita telah tiada,” ujar mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia ini
Ia juga menambahkan ini sebagai penyampaian aspirasi mereka kapada birokrasi bahwa mereka membutuhkan suasana kampus yang damai kondusif untuk belajar mengajar. Ini sebagai bentuk tanggapan mereka atas tawuran kemarin bahwa mereka cinta damai.
“Ini bentuk tanggapan kami, masa mahasiswa mau menuntut ilmu pengetahuan diteror-teror, pihak instasi harus tegas, masa diam-diam ji,” Tambahnya kembali
Setelah puing-piung sisa kebakaran dibuat menjadi sebuah makam, para anggota Bestra kemudian melakukan tabur bunga bersama, dan diikuti oleh beberapa mahasiswa FBS lainnya. Beberapa anggota Bestra yang menabur bunga sempat meneteskan air matanya. Langit seakan-akan juga turut dalam kesedihan karena beberapa saat kemudian hujan turun.
Acara diakhiri dengan bernyanyi bersama dengan lagu Hitam Putih, lagu mars dari Bestra. “ini adalah hitam putih, lagu mars dari Bestra” Ujar Sukiman, salah satu anggota Bestra yang turut bernyanyi. (*)
*Reporter: Ari Maryadi
Editor: Sulastri Khaer