(int) |
Selain dihadiri oleh birokrat UNM, yang merupakan salah satu institusi pendidikan yang juga terlibat dalam SM-3T, juga dihadiri oleh para pejabat daerah dari Papua. "Ini merupakan program pengembangan untuk daerah-daerah yang membutuhkan para guru-guru profesional yang akan mengembangkan daerah Papua yang notabene butuh perhatian persoalan pendidikan," ujar Djoko Santoso.
Dalam diskusi yang berlangsung, ada beberapa daerah di terkhusus di Papua yang meminta untuk dilibatkan dalam program SM-3T nantinya. Ada banyak kepala daerah yang meminta agar daerah-daerah yang sebelumnya tidak dijadikan sebagai lokasi penempatan para guru, untuk diikutkan dalam penempatan SM-3T. "Semua daerah (Papua) justru meminta untuk dilibatkan dalam SM-3T," papar Abdullah Pandang selaku Direktur P3G UNM, yang juga turut serta dalam rapat pada Senin malam itu.
Ia mengatakan, ini merupakan salah satu langkah tepat yang dilakukan oleh Dikti sebelum memberlakukan perluasan daerah di lokasi mengajar. Karena, lanjutnya, banyak hal yang mesti dipertimbangkan sebelum menambah lokasi mengajar para calon guru profesional nantinya, termasuk kesiapan pemerintah setempat, hingga jaminan keamanan yang mesti untuk diperjelas guna kenyamanan dan efektifitas mengajar para guru. "Ini merupakan langkah yang baik yang dilakukan oleh dikti," ungkapnya.
Untuk tahun 2013 ini, lokasi SM-3T memang bertambah menjadi 18 daerah, yang diantaranya banyak difokuskan di daerah Papua yang sangat membutuhkan perhatian pendidikan. "Hanya saja, tantangannya semakin berat, karena lokasinya lebih terpencil dibandingkan lokasi-lokasi mengajar sebelumnya," jelasnya.
Walau demikian, mantan Ketua Jurusan PPB ini tetap optimis, bagi peserta SM-3T lulusan UNM akan selalu siap ditempatkan di lokasi manapun. "Kita kan punya jiwa pejuang yang bagus," tegasnya.(*)
*Reporter: Sutrisno Zulkifli