Berita Terbaru!! :
Home » , » Sulap Kotoran Sapi jadi Biogas

Sulap Kotoran Sapi jadi Biogas

Admin by Imam Rahmanto on Wednesday, 6 March 2013 | 07:53

Pengolahan bahan biogas. (dok. pribadi)
PROFESI-UNM.COM - Limbah (kotoran) ternak terkadang digunakan sebagai pupuk (penyubur tanaman). Selain itu, kotoran ternak kadang pula dijadikan sebagai pakan ikan. Namun kini, kotoran ternak (sapi) dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas (biogas). Inovasi terbarukan ini dilakukan oleh eks PD III bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik (FT), Andi Muhammad Idkhan.

Idkhan mencoba mengembangkan kotoran sapi karena mayoritas penduduk di Desa Parigi, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa beternak sapi. Selain itu, kotoran sapi menjadi kendala utama di sekitar rumah warga dikarenakan tempat pengolahan kotoran sapi belum ada  sehingga sanitasi di lingkungan daerah peternakan sapi tersebut kurang. Ditambah dengan keadaan warga yang masih menggunakan kompor minyak tanah dan kayu bakar. Hal inilah yang mendorong Idkhan memanfaatkan kotoran sapi menjadi bahan bakar gas (biogas). “Saya melihat mengembangkan limbah sapi untuk membantu rumah tangga terbuka luas, jadi saya mengambil biogas,” ungkap Idkhan.

Alat penghasil biogas (digester biogas) yang dibuat oleh Idkhan terbuat dari bahan yang murah dan mudah didapat. Digester biogas ini terdiri dari dua komponen utama yaitu tangki pencerna (digester) dan tangki penampung gas.

Digester biogas ini bekerja dengan cara memasukkan bahan isiannya, yakni kotoran sapi, air, dan EM4 dengan perbandingan kotoran sapi dengan air adalah 1:2 melalui saluran pemasukan. Campuran bahan ini kemudian diaduk terlebih dahulu secara merata (homogen) agar pemasukan bahan ke dalam reaktor dapat berlangsung dengan baik. Produksi gas yang dihasilkan dari fermentasi bakteri di dalam reaktor dimulai pada hari ke-enam atau sekitar 10 hari. Tekanan biogas selama fermentasi cenderung mengalami perubahan. Besarnya produksi biogas dipengaruhi oleh jumlah bahan isian reaktor untuk proses fermentasi. Temperatur lingkungan pun harus terjaga sehingga produksi biogas dapat berlangsung secara kontinu. Temperatur yang baik untuk fermentasi bakteri ini adalah di atas 20°C.

Selanjutnya, gas yang dihasilkan ini dengan sendirinya mengalir ke tangki penampung gas. Dengan memanfaatkan tekanan dari tangki pengumpul, maka gas dapat dialirkan ke kompor biogas. Di samping itu, nyala api dari kompor harus diperhatikan karena dipengaruhi oleh kandungan gas metan. Gas yang dihasilkan dari proses fermentasi ini mengandung 45% gas metan jika terbakar dengan nayala api yang besar dan biru.

Pengujian biogas untuk memasak ini dilakukan dengan menggunakan kompor gas yang telah dimodifikasi yaitu dengan menutup rongga pada bagian inlet kompor gas. Penggunaan biogas ini dapat mengurangi penggunaan minyak tanah. Selain itu, bahan bakar biogas tidak menghasilkan asap dan bersih dari jelaga.

Menurut Idkhan, bahan bakar biogas ini hemat karena selama 4 bulan, pengisian biogas ini baru dilakukan 2 kali. Selain itu, 1 tabung biogas bisa melayani hingga 4 rumah tangga. Bau gas yang dihasilkan dari fermentasi ini sama dengan gas lainnya. Masyarakat tak perlu khawatir dengan kebocoran gas karena tabung ini dicor dan menggunakan bahan plastik sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh faktor keasaman tanah dan tahan selama 5 tahun.

Berkat usahanya, Idkhan memenangkan hibah dari DP2M Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti). Lebih lanjut dirinya berharap, kegiatan seperti ini lebih banyak melibatkan mahasiswa. “Bidang pengabdian masyarakat seperti lebih banyak melibatkan mahasiswa karena jika mahasiswa banyak terlibat maka mereka mendapatkan pengetahun selain dari bangu kuliah,” ungkapnya. (*)


*Sumber: Tabloid Profesi Edisi 165



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap