Berita Terbaru!! :
Home » , , » 32 Tahun Mengabdi dengan Sepeda Butut

32 Tahun Mengabdi dengan Sepeda Butut

Admin by Unknown on Tuesday 13 November 2012 | 00:12

Selama tiga puluh dua tahun ia mengabdi di kampus pencetak Oemar Bakrie ini. Setiap harinya ia mengayuh sepeda antiknya dari kediamannya menuju rektorat UNM.
Palle, satpam kampus yang telah me-
ngabdi 32 tahun di UNM. (Rizki/
Profesi)
Gedung rektorat siang itu masih saja ramai, sesekali terlihat  pejabat-pejabat kampus yang sibuk berlalu lalang keluar masuk gedung yang diduduki oleh para pejabat tertinggi universitas.

Angin berhembus sepoi, waktu menindih pukul 13.50 WITA gedung itu masih belum menampakkan kesunyian. Di sebelah kanan pintu masuk berdiri seorang pria berseragam putih biru, badannya tegap dan berisi, ia orang yang  selalu setia menyambut para tamu yang hendak memasuki gedung rektorat. Tak pernah ia lupa untuk menyunggingkan satu senyuman untuk para pengunjung yang datang.Ia adalah salah satu satpam gedung rektorat yang bertugas menjaga di pintu masuk. Namanya Palle, nama yang cukup unik di zaman sekarang ini. Namun, ia tak pernah merasa aneh dengan nama itu, baginya nama itulah yang membuat orang selalu ingat dengannya. “Nama ku ini memang pendek, tapi gampang diingat sama orang, “ujarnya sembari tersenyum.

Selama 32 tahun ayah dari lima orang anak ini telah mengabdi di kampus pencetak umar bakri ini. Banyak suka duka yang ia lalui selama pengabdiannya. Ia hendak melanjutkan ceritanya, dengan menarik sebuah kursi yang ada di sudut sebelah kanan pintu masuk. Kursi itu tempat ia melepas lelah, kala rektorat tak lagi ramai dikunjungi. “ Kalau saya mau cerita dari awal saya di sini nak, uu..panjang ceritanya tidak selesai satu hari, hehe...” ungkapnya sedikit bercanda.

Setiap harinya pria kelahiran Jeneponto ini harus mengayuh sepeda antiknya  dari kediamannya yang terletak di Jl. Andi Tonro II menuju  rektorat UNM. “Kalau saya kesini itu naik sepeda nak. Itu sepedaku saya parkir di bawah pohon di dekat gerbang, biar pencuri tidak ada yang mau ambil,” ungkapnya sambil menunjuk ke arah sepedanya terparkir. Ia juga mengaku bahwa ia pandai mngendarai sepeda motor, tetapi ia belum mampu untuk membelinya. “Saya pintar ji naik motor sebenarnya, tapi kan yang ada cuma sepeda, kita juga mampunya cuma bisa beli sepeda,” lanjutnya.

Pria yang tercatat sudah dua kali menikah ini dulunya merupakan lulusan Pendidikan Guru Agama, keinginannya untuk melanjutkan sekolah ternyata belum bisa terwujud. Takdir berkata lain, di tahun 1979 ia akhirnya dipertemukan dengan sebuah tawaran kerja di universitas yang pencetak generasi pendidik ini yaitu menjadi seorang Satuan Pengamanan (Satpam).

Selang beberapa bulan ia bekerja akhirnya ia terangkat dan tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tak pernah ia lupa mengucap rasa syukur, karena kelima anaknya mampu ia sekolahkan, bahkan dua diantaranya sudah meraih gelar sarjana. Istri yang selalu setia mendampinginya adalah kekuatan tersendiri baginya. Sebelumnya pria bertubuh tambung ini sudah pernah berumah tangga, namun di tahun 2006  istrinya harus mengakhiri hidupnya akibat terserang penyakit diabetes. (*)


*Sumber: Tabloid cetak



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap