Ruangan kelas FPsi yang rusak akibat aksi brutal polisi yang membubarkan kegiatan perkuliahan dan memukul mahasiswa, Kamis (13/11) (Foto: Febriawan Djalil - Profesi). |
Rafli Caezar misalnya. Ia bersama rekan-rekannya dipukuli lalu dipaksa masuk ke mobil polisi. Padahal menurut Rafli, karena keributan dan letusan tembakan gas air mata yang berkali-kali, ia bersama rekan-rekannya merasa terancam.
Mereka pun mengamankan diri di dalam ruang kelas sambil mengunci pintu. Odol milik salah satu mahasiswa pun dioleskan ke wajahnya untuk mengurangi rasa perih di mata.
Polisi langsung menggiring mereka yang memakai pasta gigi di wajah untuk dibawa ke mobil. Sepanjang perjalanan, Rafli beberapa kali mendapatkan pukulan dari beberapa polisi sebelum sampai ke mobil. "Pukul, pukul itu," katanya menceritakan ucapan seorang polisi. Bahkan, beberapa polisi melontarkan kata-kata "kotor" saat memukul.
Bahkan, bukan hanya mahasiswa yang menjadi korban keganasan polisi. Seorang kuli bangunan di Menara Pinisi dan bocah SMP juga tak luput dari tindakan kekerasan. "Saat dibawa ke mobil, keduanya tetap dipukuli meski mulut telah bercucuran darah," cerita Rafli.
Sebanyak 23 orang yang telah diamankan dibawa ke kantor Polisi Resort Kota Besar (Polrestabes) Makasssar. Sesampai di sana, mereka di sambut dengan pukulan lagi dari polisi. "Turun dari mobil, dipukuli ka lagi," tutur Rafli.
Selanjutnya, polisi melakukan interogasi kepada mereka satu persatu. Sehabis itu, polisi memberi makanan. Beberapa diantara dinyatakan tak bersalah dan diperbolehkan pulang. Mereka pulang dengan wajah yang babar belur. (*)
Namun sialnya, itu justru menjadi petaka buatnya. Mereka dianggap demonstran yang bersembunyi karena pada wajahnya telah diolesi odol.
Polisi datang mendobrak pintu dengan keras. Pintu terbuka dan polisi pun menyergap sambil menghantamkan pukulan. "Saya pakai odol ke muka, dan ternyata polisi membawa saya gara-gara itu," beber Rafli.
Polisi langsung menggiring mereka yang memakai pasta gigi di wajah untuk dibawa ke mobil. Sepanjang perjalanan, Rafli beberapa kali mendapatkan pukulan dari beberapa polisi sebelum sampai ke mobil. "Pukul, pukul itu," katanya menceritakan ucapan seorang polisi. Bahkan, beberapa polisi melontarkan kata-kata "kotor" saat memukul.
Bahkan, bukan hanya mahasiswa yang menjadi korban keganasan polisi. Seorang kuli bangunan di Menara Pinisi dan bocah SMP juga tak luput dari tindakan kekerasan. "Saat dibawa ke mobil, keduanya tetap dipukuli meski mulut telah bercucuran darah," cerita Rafli.
Sebanyak 23 orang yang telah diamankan dibawa ke kantor Polisi Resort Kota Besar (Polrestabes) Makasssar. Sesampai di sana, mereka di sambut dengan pukulan lagi dari polisi. "Turun dari mobil, dipukuli ka lagi," tutur Rafli.
Selanjutnya, polisi melakukan interogasi kepada mereka satu persatu. Sehabis itu, polisi memberi makanan. Beberapa diantara dinyatakan tak bersalah dan diperbolehkan pulang. Mereka pulang dengan wajah yang babar belur. (*)
*Reporter: Ari Maryadi