Puluhan sepeda motor yang rusak oknum kepolisian ketika terjadi penyerangan polisi ke dalam kampus UNM Gunung Sari, Kamis lalu (13/11) (Foto: Febriawan - Profesi) |
Padahal, kata Aris, kendaraan sepeda motornya adalah hadiah yang ia terima dari orang tua saat ulang tahunnya yang ke-15. "Motorku dirusak sama polisi. Padahal itu motorku, hadiah ulang tahun dari orang tuaku," kisah Aris.
Awalnya ia bersama mahasiswa lain berusaha mencegah tindakan polisi itu. Namun niat itu ia urangkan saat melihat seorang mahasiswa lain dipukul polisi ke tanah dan injak kepalanya. Aris kemudian memilih bersembunyi.
"Mauka ke motorku, tapi kulihat ada mahasiswa dipukul baru diinjak kepalanya ke tanah karena mau na amankan motornya. Jadi langsung ka sembunyi," tutur mahasiswa angkatan 2011 ini.
Aris menilai, polisi telah bertindak tidak sesuai dengan perannya. Polisi, menurut Aris, seyogiyanya melindungi dan mengayomi tapi malah bertindak brutal.
"Tindakan kepolisian sudah tidak sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka menangkap dan memukuli mahasiswa yang sedang kuliah. Kami melihat sudah tidak ada karekter mengayominya polisi saat itu," papar Aris.
Seluru kendaraan sepeda motor yang terparkir di kampus UNM Gunung Sari dirusak polisi. Bahkan, sebuah mobil milik dosen juga tak luput dari tindakan brutal polisi. Tak hanya itu, kaca gedung, miniatur UNM turut dirusak polisi. (*)
*Reporter: Sulastri Khaer