Film Indonesia Merdeka, karya Sutradara Hanung Bramantyo memberikan suguhan yang berbeda di awal pertunjukan film. Semua penonton diminta untuk berdiri terlelbih dahulu dan menyanyikan lagu Indonesia raya secara bersama-sama. Film yang diangkat dari kisah perjuangan rakyat Indonesia, di bawah pimpinan Soekarno dalam merebut kemerdekaan RI dari tangan penjajah. Sosok Bung karno akhirnya diperankan oleh Ario Bayu, actor yang pernah bermain di film Java Heat. Hal ini pun sempat menjadi perdebatan antara sutradara film dan pihak keluarga Soekarno yang menginginkan Anjasmara yang memerankan tokoh penggerak proklamasi Indonesia ini.
Film ini beralur maju, hanya di awal film saja memperlihatkan proses penangkapan Soekarno pada tahun 1934 oleh pemerintah colonial Belanda di rumah ketua PNI (partai Nasional Indonesia) yang kemudian flash back ke kehidupan masa kecil Soekarno, dan selanjutnya beralur maju hingga film selesai. Film ini mengisahkan seorang anak Indonesia yang bernama Kusno yang kemudian berganti nama menjadi Soekarno, karena tubuhnya kurus dan sering sakit-sakitan. Besar harapan anak kurus itu menjelma menjadi ksatria layaknya Adipati Karni. Soekarno mulai mengenal penjajah saat dirinya jatuh hati pada gadis keturunan Belanda, yang berkuasa saat itu. Namun orangtua sang gadis melarangnya bergaul dengan Soekarno, karena dirinya orang pribumi.
Ario Bayu memerankan Soekarno |
Hidup tenang di Bengkulu, berhenti sejenak dari dunia politik dan menjadi seorang guru. Namun dalam menjalankan kehidupannya di Bengkulu, Ia bertemu dan jatuh hati dengan Fatmawati yang saat itu menjadi muridnya. Di tengah-tengah konflik keluarganya dengan istri keduanya, Inggit Garnasih karena adanya orang ketiga ini. Jepang kemudian datang memulai peperangan Asia Timur Raya. Belanda akhirnya kalah dengan Jepang dan Soekarno dikembalikan ke Jakarta.
Perlakuan yang berbeda diberikan oleh Jepang terhadap Soekarno. Ia diberikan fasilitas oleh Jepang, namun dirinya juga dimanfaatkan untuk mengambil hati rakyat. Bahkan Indonesia diberi kesempatan untuk mengibarkan Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya walaupun hanya di daerah jawa. Selain itu Soekarno diperbolehkan membentuk PETA (Pembela Tanah Air) dan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat). Namun hati Soekarno sangat teriris ketika harus menyaksikan bahwa keberadaannya untuk memikat hati rakyat dimanfaatkan utuk mendapatkan tenaga kerja paksa romusha.
Saat berkunjung ke rumah orang tuanya, Soekarno kembali diberikan pertanyaan tentang Kapan Ia akan mempunyai anak, pertanyaan ini sangat mengiris hati Inggit. Sementara Inggit yang dinyatakan mandul tidak bisa memenuhi kemauan keluarga Soekarno dan juga tidak ingin dimadu. Ditengah gentingnya keadaan politik saat itu, Inggit akhirnya meminta cerai dari Suaminya, setelah membaca surat dari Fatmawati tentang kemauannya untuk segera dilamar oleh Soekarno karena orangtuanya memaksa untuk menikah dengan pria lain. Walaupun Soekarno tak rela melepas wanita yang telah menjadi perisai baginya tatkala di penjara dan diasingkan ini, namun Inggit memilih pergi meninggalkan Soekarno. Soekarno akhirnya menikah dengan Fatmawati dan memperoleh keturunan yang diberi nama Guntur Soekarno Putra.
Walaupun mendapat penolakan dari Sutan Sjahrir terhadap sikap Bung Karno yang rela memanfaatkan rakyat, Soekarno bersama Hatta tetap yakin, bahwa situasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia.
Jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat memaksa Jepang untuk mengakui kekalahannya. Siaran radio luar negeri yang mengabarkan kekalahan tersebut berhasil didengarkan oleh beberapa tokoh dan Sutan Sjahrir sendiri. Mereka kemudian membujuk Soekarno dan Hatta agar segera memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa harus menunggu janji dari Jepang yang rencananya akan diberikan pada tanggal 22 Agustus 1945.
Dalam situasi yang memanas, sekelompok pemuda tiba-tiba menculik Soekarno dan keluarganya beserta Hatta ke Rengasdengklok pada 15 Agustus 1945. Sjahtir terkejut mendengar informasi tersebut dan memerintahkan agar mereka segera dikembalikan ke Jakarta. Tanpa sepengetahuan Sutan Sjahtir, Ahmad Soebardjo sudah terlebih dahulu menjemput mereka di Rengasdengklok.
Laksamana Tadashi yang merupakan pemimpin Jepang memenuhi janjinya. Mereka mengaku kalah dan memberikan kesempatan kepada Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo untuk segera menyusun naska proklamasi di rumahnya, dan diberikan jaminan keamanan. Beberapa tokoh yang juga berada di rumah tersebut berada dalam suasana yang tegang menunggu selesainya naskah disusun.
Setelah naskah selesai, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah masing-masing. Keeseokan harinya semua rakyat Indonesia telah siap menjadi saksi detik-detik pembacaan proklamasi, walaupun saat itu Soekarno dalam keadaan demam. Saat semuanya dirasa siap Soekarno diminta untuk segera membacakan naskah tersebut. Namun, Soekarno menolak karena Hatta belum berada di tempat. Hingga akhirnya hatta datang, acara pun dimulai, pembacaan proklamasi oleh Soekarno yang didampingi oleh Hatta dan pengibaran bendera Merah Putih, yang dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati berlangsung dengan hikmat. Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kesuksesan seorang laki-laki tidak lepas dari peran wanita yang ada di belakangnya. Hal ini nampak jelas dalam film ini. Dalam film tersebut Soekarno kuat karena istrinya yang selalu setia mendampinginya. Walaupun Soekarno harus melepaskan Inggit demi mendapatkan keturunan dan menikahi Fatmawati.
Film ini menyuguhkan kerasnya perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan peran Seokarno dan Hatta dalam proses merebut kemerdekaan. Sayangnya dalam film tersebut tidak disebutkan dengan jelas nama tokoh-tokoh pergerakan proklamasi.
Walaupun demikian, menonton film ini membuat para generasi mudah dapat mengerti perannya sebagai pelanjut generasi dari perjuangan bangsa Indonesia kala itu. (Ary Utary Nur)
Film Soekarno Indonesia Merdeka
Sutradara : Hanung Bramantyo
Produser : Raam Punjabi
Pemain : Ario Bayu, Lukman Sardi, Ferry Salim, Maudy Kusnaedi, Agus Kuncoro, Sujiwo Tejo, Tika Bravani, Ferry Salim
Durasi : 137 menit
Tanggal Rilis : 11 Desember 2013