Berita Terbaru!! :
Home » , » Kompasiana dan Kelahirannya

Kompasiana dan Kelahirannya

Admin by Imam Rahmanto on Monday 2 December 2013 | 04:31

(int)
Judul Buku            : Kompasiana Etalase Warga Biasa
Penulis                  : Pepih Nugraha
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit         : 2013
Tebal buku           : 282 halaman

"Sebenarnya saya ingin menunjukkan kekuatan dari sebuah olok-olok dari orang lain, yang saya tangkap sebagai energy positif yang luar biasa bagi kreativitas, kekuatan yang tak terkirakan dalam menumbuhkan semangat kerja demi mencapai prestasi yang saya tidak tahu persis seperti apa bentuknya.”--Pepih Nugraha--

Sejujurnya, mendengar nama Pepih Nugraha, pikiran akan langsung tertuju pada Kompasiana. Tak bisa dipungkiri, jatuh-bangunnya mendirikan dan mengembangkan social blog itu telah memberikan brand image tersendiri bagi pendirinya. Tidak heran ketika kita lebih mengenal Pepih Nugraha di sisi Kompasiana-nya tinimbang sisi Redaktur Pelaksananya, jabatan yang kini diemban di Kompas.com.

Buku Kompasiana Etalase Warga Biasa nampaknya menjadi buku kesekian kalinya yang berhasil ditelurkan secara tak langsung dari Kompasiana. Bang Pepih, sapaan akrabnya, sudah menghasilkan 5 buku semasa hidupnya. Beberapa kali ia juga menjadi penyunting atau editor dari buku-buku yang diterbitkan lewat bundling artikel di Kompasiana.

Gaya bertutur penulis dalam menjalin ikatan waktu sejarah di dalamnya renyah dan tidak begitu formal. Flow. Amat berbeda dengan buku-buku serupa.

Dalam buku ini, secara umum menceritakan tentang pergulatan bagaimana mendirikan sebuah media sosial yang mengusung tema: Menulis. Semua warga harus menulis. Meski secara generalisasi orang-orang menyebutnya sebagai citizen journalism, akan tetapi pada kenyataan dan prakteknya di dunia maya, Kompasiana tidak hanya lahir sebatas media “laporan warga”. Melainkan ia berkembang menjadi media bagi warga yang gemar menulis dalam menyampaikan pendapat, laporan kejadian, atau bahkan karya sastra.

“Kompasiana adalah media sosial khas Indonesia dengan platform tegas: MENULIS dan tagline jelas “Sharing & Connecting”. Di dalamnya termasuk menulis berita peristiwa yang disebut sebagai citizen journalism, menulis opini, menulis catatan harian, dan bahkan menulis fiksi. Semua konten berupa karya tulis itu diproduksi dan diciptakan sendiri oleh warga pengguna Kompasiana.”--Kompasiana--

Dengan berbekal ilmu ekonomi dan marketing yang dimilikinya, Bang Pepih membangun Kompasiana. Melalui buku ini, secara tak langsung, pembaca akan diajarkan bagaimana cara mem”promosi”kan dengan benar. Beberapa istilah-istilah marketing yang selama ini hanya terdengar lintas lalu, sedikitnya tergambarkan lewat usaha melahirkan bayi blog sosial yang pernah dinobatkan sebagai Kanal Blog Citizen Journalism Terbaik dari Pesta Blogger 2010 dan Markeeters Netizen Champion.

Di samping paham tentang kaidah-kaidah jurnalistik (yang akhirnya didobrak sendiri), seorang Pepih Nugraha juga banyak mengetahui seluk-beluk IT, internet, dan marketing. Lewat pengetahuannya itulah yang mengawalinya untuk menelurkan ide tentang konsep blog sosial.

Artikel-artikel yang pernah dimuat di Kompasiana, baik milik penulis maupun postingan anggota Kompasiana lain tak luput menjadi pelengkap bukunya. Hal itu dimaksudkan sebagai bahan rujukan berdasarkan topik yang dibahas oleh setiap bab. Namun, beberapa naskah itu hanya persoalan taktisi halaman. Bagi Kompasianer yang sudah pernah membacanya, kemungkinan akan melompati naskah yang didapuk dari postingan Kompasiana itu.

Etalase Warga Biasa, bukanlah buku how to tentang Kompasiana. Melainkan buku yang menceritakan tentang “babak-belur” Kompasiana semenjak dibenihkannya. Bermula dari blog tampilan “abal-abal” yang hanya menghimpun penulis dari jurnalis Kompas dan blogger tamu. Para jurnalis media itu diharapkan mampu menuangkan cerita “tak tersampaikan” di balik berita yang mereka sajikan ke publik.

Semakin membanjirnya pembaca dan pengunjung Kompasiana, menggunungnya antusiasme pembaca dalam berkomentar, mendorong perubahan yang radikal dalam pengelolaan Kompasiana. Dari “khusus untuk jurnalis” beralih ke “umum bagi siapa saja yang mau menulis”. Tentunya diiringi dengan perubahan sana-sini di sisi tampilannya, publikasinya, lahirnya Freez, dan penerbitan postingan-postingan beberapa Kompasianer dalam bentuk buku. (*)


*Imam Rahmanto



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap