Kepala BAAK, Ismail Muchtar. (Foto: Sofyan-Profesi) |
Meskipun kebijakan-kebijakan terkait skorsing dan Drop Out bagi pelaku tawuran didengung-dengungkan, namun hingga kini pihak kampus masih belum memutuskan langkah apa yang bisa dilakukan untuk mencegah tawuran terpicu kembali.
Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Ismail Muchtar ternyata punya solusi sendiri terkait masalah tawuran yang sering terjadi di UNM. Kegiatan-kegiatan akademik, menurutnya, sebaiknya lebih diaktifkan. Mahasiswa harus lebih banyak belajar dan tidak terfokus dengan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. “Kalau perlu tugas diperbanyak. Supaya mahasiswa sibuk belajar, dan tidak punya waktu untuk berpikir lain-lain,” tuturnya.
Ia bahkan menganggap kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang selama ini berlangsung menjadi pemicu bentuk-bentuk kekerasan di kampus. Ia bahkan menyarankan agar sekretariat-sekretariat Lembaga Kemahasiswaan (LK) yang telah dirusak tidak perlu diperbaiki.
“Tidak usah ada kegiatan dulu, biar saja mati untuk sementara,” tukasnya ketika ditanyakan terkait nasib sekretariat LK yang menanti perbaikan.
Akan tetapi, Ketua UKM KSR Kamaruddin menilai, kegiatan akademik semata tidak bisa dianggap bakal mencegah kejadian serupa terulang kembali. Diperketatnya kegiatan akademik bagi mahasiswa, menurutnya memang bisa menjadi mengurangi timbulknya kekerasan-kekerasan di dalam kampus. Akan tetapi, kegiatan kemahasiswaan juga harus sejalan dengan peningkatan kegiatan akademik itu. “Kita tidak boleh mengesampingkan kegiatan-kagiatan kemahasiswaan. Karena tidak bisa dipungkiri, kegiatan-kegiatan seperti ini yang bisa menyibukkan juga bagi mahasiswa,” pungkasnya. (*)
*Reporter: Imam Rahmanto