Penulis : Harper Lee
Penerjemah : Femmy Syahrani
Penerbit : qanita
Tebal Buku : 533 halaman
Tahun Terbit : 1960
To Kill A Mockingbird merupakan novel dengan latar tahun 1930-an. Masa yang dikenal sebagai Great Deppresion. Bertempat di Maycomb County, Atticus Finch, seorang pengacara membesarkan kedua anaknya, Jeremy Atticus Finch (Jem) dan Jean Louise Finch (Scout). Aticcus seorang egaliter sejati, membesarkan anak-anaknya tanpa keberpihakan. Meski harus membesarkan anak seorang diri, Atticus yang seorang duda, berusaha menanamkan kebajikan sedini mungkin pada anak-anaknya.
"Nak, tadi aku berkata kalau kau tidak kehilangan kesabaran sehingga dia menghukummu, akulah yang akan menyuruhmu membaca untuknya. Aku ingin kau melihat sesuatu dalam dirinya-aku ingin kau melihat keberanian sejati, alih-alih mendapat konsep bahwa keberanian selalu identik dengan lelaki bersenapan. Keberanian adalah saat kau tahu kau akan kalah sebelum memulai, tetapi kau tetap memulai dan kau merampungkannnya, apa pun yang terjadi. Kau jarang menang, tetapi kadang-kadang kau bisa menang."
Bagi Jem dan Schout Finch, dengan nalar kanak-kanak berusia 6 dan 10
tahun, hidup sesederhana hitam dan putih. Ketika seseorang bersalah maka
dia harus dihukum. Tidak perduli berwarna apa kulitnya dalam deretan
warna pelangi. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak
mengubah cara pandang Jem dan Scout. Berawal dari suatu kasus pemerkosaan yang harus ditangani oleh Atticus, dimana tersangkanya merupakan seorang lelaki kulit hitam. Jem dan Scout terpaksa menghadapi celaan masyarakat terhadap keluarga mereka. Perlu diingat bahwa tahun 1930-an merupakan tahun dimana racial segregation atau rasisme kulit putih terhadap kulit hitam masih sangat kental. Semua aspek kehidupan maupun pelayanan dalam masyarakat dibedakan berdasarkan warna kulit.
Proses persidangan sampai pada pengambilan keputusan atas Tom Robinson, sang terdakwa, mengubah cara berpikir Scout dan Jem Finch. Bahwa hidup tidak selamanya hitam dan putih. Ada area diantara keduanya, area abu-abu yang disebut dengan kompromi. Seperti yang dikatakan Atticus, "Kau tidak akan pernah bisa
memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut
pandangnya ... hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup
dengan caranya."
Novel ini merupakan karya pertama dan satu-satunya dari Harper Lee, memberikan banyak pelajaran mengenai prasangka yang biasa dialami oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Mengenai kekuatan pengrusakan dari prasangka yang salah arah. Tidak salah bila cerita yang dikisahkan sedemikian indah ini memenangi Pulitzer Award tahun 1961.
*Yeni Febrianti