Mahasiswa sedang menjalani SNMPTN. (Fajrianto-Profesi) |
PROFESI-UNM.COM - Melihat mekanisme model baru SNMPTN tersebut, diprediksi diskriminasi penjaringan bakal terjadi. Dominasi peserta yang lulus dari sekolah favorit atau unggulan akan mencolok ketimbang peserta dari sekolah biasa, apalagi sekolah dari daerah pelosok.
Tentunya nilai rapor dan prestasi siswa dari sekolah biasa dengan sekolah favorit jauh berbeda. Terlebih, siswa dari daerah pelosok tidak memiliki standar nilai yang baik.
PTN yang melakukan seleksi berdasarkan nilai dan prestasi ini jelas akan lebih memilih peserta dari sekolah favorit. Akibatnya, peserta dari SMA berstandar rendah kurang diprioritaskan sehingga peluang untuk lolos dalam seleksi SNMPTN ini pun sangat kecil.
Hal itu diakui Pembantu Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Muharram. “Jelas peluang untuk sekolah unggulan lebih besar karena memang siswanya berkualitas,” terangnya.
Namun, Ketua Majelis Rektor PT, Idrus Paturusi membantah perihal diskriminasi terhadap sekolah biasa atau swasta. Ia menegaskan Penjaringan para peserta SNMPTN melihat beberapa parameter yang ditetapkan bagi seluruh PTN. “Bukan cuma sekolah unggulannya yang dilihat, tapi melihat ranking siswa dan prestasinya, dimana sekolahnya berada, dan berbagai parameter lainnya, ungkapnya. (*)
*Sumber: Tabloid Profesi Edisi 165