Berita Terbaru!! :
Home » , » Jurnalis Harus Berotak Doktor

Jurnalis Harus Berotak Doktor

Admin by Unknown on Monday 27 August 2012 | 07:57

Putra Nababan (int)
Dalam menjawab tantangan globalisasi yang semakin banyak melahirkan pengetahuan baru dan meningkatnya kompetisi SDM. Tentunya sebagai jurnalis harus mampu menaklukan hal tersebut dengan mengisi otak kita dengan ilmu secara up todate. Terlebih peran kita sebagai persma yang merupakan corong informasi bagi seluruh masyarakat terkusus masyarakat kampus. Hanya saja, terkadang kita sebagai persma hanya sekadar menjalankan tugas tanpa memerhatikan keilmuan yang dimiliki. Bagaimana mengatasi kondisi tersebut? Berikut petikan wawancara Wakil Pemimpin Redaksi Liputan 6 RCTI, Putra Nababan dengan reporter Profesi Asri Ismail usai menerima materi di Studio pemberitaan RCTI, beberapa hari yang lalu di Jakarta.

Bagaimana pandangan anda tentang jurnalis kampus?
Pertama saya selalu menganggap wartawan kampus itu setengah tentara dan setengah seniman.

Maksudnya?
Iya, maksud saya disini sebagai tentara bukan orang yang selalu hanya mengatakan siap gerak, hormat gerak bukan seperti itu. Jurnalis itu harus berjiwa militan tak ada kata menyerah dalam dirinya. Tak hanya itu, kita ini orang-orang kreatif yang harus mengajak berpikir masyarakat, membuka diskusi dan menulis yang baik makanya harus berjiwa seniman.

Bagaimana tataran ilmu pengetahuan yang harus dimiliki seorang jurnalis?
-Tidak mudah menjadi seorang jurnalis, jurnalis itu harus berotak Ph.d. Kita ini doktor, ilmu seorang wartawan tidak boleh dibawah ilmu yang dimiliki narasumber, anda harus mampu mengimbangi pengetahuan mereka (narasumber-red) terutama bila berhadapan dengan seorang yang mungkin sudah bergelar doktor.  Seorang doktor, harus mampu membuat wacana, harus kritis, dan melihat dari berbagai sudut pandang setiap objek yang diliputnya.

Seperti apa batas-batas berita yang mesti dimuat seorang jurnalis?
Berita yang dimuat seorang jurnalis harus mampu memengaruhi opini masyarakat. Mempengaruhi tapi dalam batas-batas yang bertanggungjawab. Kenapa itu penting, analoginya seperti ini, dokter itu mungkin hanya mampu menyembuhkan 4-5 orang kalau di rumah sakit, tapi kalau wartawan bisa membuat negara ini hancur karena pemberitaannya. Makanya, anda harus sadar betul power kamu seperti apa, sehingga setiap hari kamu (wartawan_red) harus rendah hati dan setiap hari harus hati-hati menggunakan kekuatan kamu.

Bagaimana cara anda mengatasi masalah intervensi pemilik media terhadap ideologi yang dimiliki seorang jurnalis dalam melakukan pemberitaan?
Bahasa kerennya itu konglomerasi ya. Masalah intervensi pemilik media itu memang suatu hal yang sangat-sangat sulit atau agak rumit. Untuk membuat itu menjadi simple, saya selalu mencoba mengeducated bos saya. Mungkin, misalnya mereka ingin kita membela seseorang yang dia inginkan. Kita sebagai jurnalis jangan pernah menganggap itu sebagai instruksi, kita harus mampu membuka ruang diskusi kepada beliau (Pemilik media-red). Karena kalau tidak maka akan berakibat fatal, anda akan kehilangan kepercayaan dari pembaca media anda.

Seberapa penting kepercayaan itu bagi media?
Ingat, media itu bisnisnya adalah bisnis kepercayaan dan integritas. Jika tanpa kepercayaan media itu tidak akan berkembang. Misalnya saya contohkan ya, siapa yang mau kedokter yang pernah mal praktek, pasti tidak ada yang mau kan? Jadi kepercayaan itu adalah segalanya.

Saran anda buat para jurnalis kampus?
Dalam menulis berita tidak cukup jika hanya termuat 5W + 1H, seorang jurnalis harus mempertimbangan juga pengaruh yang diberikan sebuah berita terhadap pembuat maupun pembaca. Makanya perlu ditambahkan lagi SW alias So What. Disamping itu, hal terpenting yang mesti diperhatikan lagi adalah kualitas dan tepat waktu. Artinya apa, buat apa anda membuat berita yang berkualitas tapi tidak memenuhi deadline, buat apa? Itu sama saja dengan sampah. Begitu juga, buat apa anda membuat berita tepat waktu tapi tidak berkulitas. (*)



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap