The Giver (int) |
Sutradara :
Philip Noyce
Pemeran :
Jeff Bridges, Meryl Streep, Brenton Thwaites,
Alexander Skarsgard, Odeya Rush, KatieHolmes,
Taylor Swift
Apa jadinya jikalau
manusia terus melanjutkan hidup tanpa membekaskan ingatan dalam tiap esok
harinya? Apa jadinya jikalau manusia tetap bernapas dengan tak menciptakan
ruang kenangan yang tersisa? Apa jadinya jikalau manusia tak mengenal beragam
entitas hingga habis masa usianya?
“If you can’t feel, what’s the
point?” - Jonas.
Dalam film
The Giver, dikisahkan suatu sistem komunitas seperti demikian. Tak ada
kenangan, ingatan, emosi, warna, ras, suku, agama, musik, cinta, kesakitan,
kehangatan, kesedihan. Setiap manusia yang tergabung dalam komunitas tersebut
telah didesain sedemikian rupa oleh para tetua mereka agar tak mengenal hal-hal
tersebut. Konfigurasi yang telah dirancang “canggih” tersebut ditujukan untuk
menciptakan dunia penuh kedamaian tanpa ada kriminalitas dan peperangan.
Suatu waktu,
ketika remaja dalam komunitas itu beranjak dewasa, mereka akan dikumpulkan untuk
merayakan kelulusan pergantian fase. Dalam perayaan tersebut , remaja-remaja
akan diberikan pekerjaan yang pantas sesuai dengan watak masing-masing dari pengamatan
para tetua selama masa-masa “sekolah” sebelumnya.
Jonas (Brenton Thwaites), Fiona (Odeya Rush), Asher (Cameron Monaghan)
merupakan tiga sahabat sejak masa kecil. Fiona terpilih sebagai pengasuh dan
Asher sebagai pilot robot. Sementara itu, berkat empat kemampuan yang sama-sama
dimiliki oleh Jonas, yaitu kepintaran, ketulusan, kebenaran, dan kemampuan
melihat lebih jauh, ia ditetapkan sebagai penerima kenangan/the receiver
selanjutnya.
Jonas pun
dibebankan melakukan training tiap
harinya dengan bantuan seorang pemberi
kenangan/the giver (Jeff Bridges). Dalam training itu, Jonas diberikan ingatan
dan kenangan manusia pada umumnya. Ia mulai memahami ranah emosi, cinta, dan
luka hingga membuatnya sadar tentang kehidupan semu yang selama ini dijalani
dalam komunitas. Itu pun lantas menggugah alam sadarnya untuk menyadarkan orang
komunitasnya tentang kebenaran yang tersembunyi rapi. Namun niat Jonas tidak
bisa tidak ditentang oleh para tetua, apalagi si pemimpin (Meryl Streep).
Meskipun demikian, Jonas tetap memegang teguh keputusannya dengan konsekuensi
harus mengorbankan sahabat, unit keluarga, cinta, bahkan hidupnya sendiri.
“With love comes faith and hope,” – The
Giver. ***
The Giver digarap dari buku dengan judul yang
sama karangan Lois Lowry. Meskipun terkesan klise, intrik percintaan antara
sepasang sahabat cukup mampu menjadi bumbu pelengkap dalam film ini. Tak
tanggung-tanggung, kemunculan Rosemary yang diperankan oleh Taylor Swift sebagai
The Reciever sebelumnya pun cukup menarik animo. Latar
tempat the community turut
ditampilkan dengan matang sesuai konsep futuristik . Sebagian penonton mungkin
beranggapan alur The Giver memiliki
kesamaan dengan Divergent. Namun di
balik itu, The Giver tetap menonjolkan “the
power of memories” yang menjadi pesan utama.
“Memories are not just about the past – they
determine our future,” – The Giver.
Bahkan
kenangan paling pahit sekalipun patut dikenang untuk berguru darinya.
Mengunjungi kenangan nyatanya memang perlu untuk introspeksi diri, bukan? (*)
*Awal Hidayat