Berita Terbaru!! :
Home » , » Androphobia: Antara Derita dan Cinta

Androphobia: Antara Derita dan Cinta

Admin by Unknown on Tuesday, 4 February 2014 | 22:17

(Int)
Judul: ANDROPHOBIA

Penulis: Ullan Pralihata

Penerbit: Story House

Bila Laki-Laki Itu baik, Kamulah Orangnya

(I)

Seluruh laki-laki dimuka bumi  ini terlalu menyeramkan, memuakkan! Itu  sebabnya aku selalu merasa jijik dan benci bila harus berdekatan dengan laki-laki. Mereka semua tak ubahnya monster atau sejenisnya yang menakutkan. Mencium aroma daging mereka saja, perutku mual. Apalagi harus bersentuhan kulit dengan mereka. Najis! Mereka tak ubahnya iblis, bangkai busuk atau sejenisnya yang harus kusingkirkan jauh-jauh dalam kehidupanku. Laki-laki membuat keseimbangan logikaku hancur, “membutakan” mataku, dan matikan hasratku beku. Terkadang terlintas dibenak ini ingin membunuh mereka saja satu persatu dengan tanganku. Menikamkan belati seperti saat mereka “menghujamkan”  sesuatu dibagian tubuhku belasan tahun yang lalu. Dan ketika mereka terengah-engah meregang nyawa, kupastikan ku mengukir inisial namaku di bagian tubuh mereka dengan selembar silet tajam berkarat. Aku ingin mereka tahu bagaimana pedihnya kulit yang robek dan mengeluarkan darah. Begitu mereka terkapaar bersimbah darah tanpa nyawa, kubakar tubuh mereka ditumpukan sampah hingga tulang belulang meraka hangus, rapuh, dan berbentuk serpihan debu. Sayangnya aku tak bisa melakukan itu. Tak bisa! Aku tak cukup kuat melakukannya seorang diri.

(II)

Semakin lama kuperhatikan, semakin memesona bentuk bokong Melisa sahabatku. Ah, kalau saja aku mampu menukar bokongku dengan bokong miliknya, tentu aku tak perlu berpikir dua kali untuk melakukannya. Aku sungguh terbius dalam pandangan ku sendiri. Keindahan bokong melisa membuat imajinasiku melayang entah kemana. Kuperhatikan bokongnya lekat-lekat, bahkan tanpa berkedip. Saking tak kuasa menahan takjub, entah siapa yang memberi instruksi menggerakkan sebelah tanganku untuk menyentuh bokong tersebut.

Tak bisa kulawan hasrat nyeleneh ini. Selalu saja ada bisikan-bisikan yang kudengar mendukung niatku.

“Bokong itu indah seperti bokong mu dulu, Gadis. Sentuh saja dan kau akan tau bagaimana perasaan laki-laki saat menyentuh yang sama seperti dirimu!”

Aku terhasut. Jiwa yang lemah ini terlalu gampang menuruti bisikan-bisikan nakal yang kudengar. Sebelah tangan ku telah tergerak berada tepat diatas bokong Melisa. Saat jemariku hendak mendarat diatasnya, aku memilih memejamkan kedua bola mataku terlebih dahulu. Lalu “HAP”, tahu-tahu tangan ku sudah berada persis menyentuh bokong padat tersebut. Rasanya tak ubah seperti menyentuh roti yang baru keluar dari pembakaran ----- hangat dan empuk.

(III)

Peristiwa buruk yang dilakukan oleh ayah tirinya yang terjadi sebelas tahun silam mengubah cara pandang Gadis terhadap seluruh laki-laki di muka bumi ini. Kebencian dan trauma yang begitu mendalam membuat iya mengalami androphobia akut. Sedikit menjelaskan, androphobia merupakan trauma akut yang dialami oleh perempuan, dengan efek, si penderita sangat takut dengan sosok laki-laki. Sehingga ketika berhadapan dengan seorang laki-laki, penderita akan selalu berhalusainasi dan delusi.

Halusinasi dan delusi yang kerap kali  dialami Gadis, menyesatkan langkahnya dan pernah  membuatnya gila. Saat ia memilih menghindari diri dar laki-laki, teman sekampusnya malah menuduhnya lesbi.

Disaat keterpurukannya, datang seorang laki-laki yang berbudi baik, namun pincang yang menaruh hati pada Gadis yang menderita androphobia. Namun penyakit yang telah dialaminya sejak selaput dara Gadis direnggut oleh ayah tirinya, membuat itikad baik dari Robin, nama laki-laki tersebut, menjadi tidak berarti.

Tidak berhenti sampai disitu, Robin yang sangat menyukai Gadis berusaha terus menerus, mencoba mengambil hati Gadis. Namun tidak semudah yang dibayangkan, mendekati seorang wanita, dengan trauma berat terhadap lelaki, ibarat, ingin menggapai bulan.

Suatu saat, Gadis berada dalam kondisi terburuk dalam hidupnya. Selain teman-temannya, sekarang sahabat terdekat yang meninggalkannya. Bunuh diri pun, hampir merenggut nyawa gadis malang itu. Namun, sebelum nyawanya benar-benar hilang, Gadis bisa tertolong. Hal ini menjadi sebuah kesempatan bagi Robin untuk kembali mencoba mendekati Gadis.

Dengan niat baik dan tulus, gadis yang selama ini sangat jijik melihat laki-laki, akhirnya bisa tunduk dengan Robin. Hal tersebut karena, dibalik kakinya yang pincang Robin juga memiliki masa kelam yang juga hampir sama dirasakan oleh Gadis. Diakhir cerita, setelah Robin menyelesaikan studinya di Amsterdam, cinta Robin tak pernah padam. Dengan yakin robin pun memutuskan untuk mengikrarkan cintanya pada Gadis. Mereka berdua pun akhirnya resmi menikah.

(IV)

Buku yang ditulis oleh Ullan Prahila ini memberikan gambaran tentang kisah wanita yang menderita penyakit androphobia. Penyakit kelainan psikis, yang membuat sipenderita sangat takut terhadap laki-laki ini memang jarang terdengar, namun dari sekian miliyar wanita di muka bumi, ada beberapa dari mereka yang menanggung beban ini.

Dengan konflik percintaan, membuat buku tersebut menjadi sangat ringan untuk dibaca. Namun tetap, buku tersebut memberikan kita gambaran bagaimana sulitnya seorang penderita androphobia menjalani hidup. Dari buku ini, kita juga dibawa untuk bisa menerima setiap penderita kelainan psikis tak terkecuali androphobia. Hal tersebut karena, para penderita seharusnya tidak dikucilkan dan tidak dijadikan bahan gunjingan, namun, kita harus membantunya keluar dari penyakit tersebut.

Selain kelebihan, ada pula kekurangan dari buku ini. Jalan cerita yang ringan dari buku tersebut, sangat mudah ditebak, sehingga dapat mengurangi rasa penasaran dari buku tersebut ketika membacanya.





*Rezki Army Pratama



Share this article :
0 Komentar
Tweet
Komentar

0 comments :

Sampaikan tanggapan Anda

Tanpa Anda Kami Belum Lengkap