(Int) |
Judul: ANDROPHOBIA
Penulis: Ullan Pralihata
Penerbit: Story House
Bila Laki-Laki Itu baik, Kamulah Orangnya
(I)
Seluruh
laki-laki dimuka bumi ini terlalu
menyeramkan, memuakkan! Itu sebabnya aku
selalu merasa jijik dan benci bila harus berdekatan dengan laki-laki. Mereka
semua tak ubahnya monster atau sejenisnya yang menakutkan. Mencium aroma daging
mereka saja, perutku mual. Apalagi harus bersentuhan kulit dengan mereka.
Najis! Mereka tak ubahnya iblis, bangkai busuk atau sejenisnya yang harus
kusingkirkan jauh-jauh dalam kehidupanku. Laki-laki membuat keseimbangan
logikaku hancur, “membutakan” mataku, dan matikan hasratku beku. Terkadang
terlintas dibenak ini ingin membunuh mereka saja satu persatu dengan tanganku.
Menikamkan belati seperti saat mereka “menghujamkan” sesuatu dibagian tubuhku belasan tahun yang
lalu. Dan ketika mereka terengah-engah meregang nyawa, kupastikan ku mengukir
inisial namaku di bagian tubuh mereka dengan selembar silet tajam berkarat. Aku
ingin mereka tahu bagaimana pedihnya kulit yang robek dan mengeluarkan darah.
Begitu mereka terkapaar bersimbah darah tanpa nyawa, kubakar tubuh mereka
ditumpukan sampah hingga tulang belulang meraka hangus, rapuh, dan berbentuk
serpihan debu. Sayangnya aku tak bisa melakukan itu. Tak bisa! Aku tak cukup
kuat melakukannya seorang diri.
(II)
Semakin lama kuperhatikan, semakin memesona bentuk bokong
Melisa sahabatku. Ah, kalau saja aku mampu menukar bokongku dengan bokong
miliknya, tentu aku tak perlu berpikir dua kali untuk melakukannya. Aku sungguh
terbius dalam pandangan ku sendiri. Keindahan bokong melisa membuat imajinasiku
melayang entah kemana. Kuperhatikan bokongnya lekat-lekat, bahkan tanpa
berkedip. Saking tak kuasa menahan takjub, entah siapa yang memberi instruksi
menggerakkan sebelah tanganku untuk menyentuh bokong tersebut.
Tak bisa kulawan hasrat nyeleneh ini. Selalu saja ada
bisikan-bisikan yang kudengar mendukung niatku.
“Bokong itu indah seperti bokong mu dulu, Gadis. Sentuh
saja dan kau akan tau bagaimana perasaan laki-laki saat menyentuh yang sama
seperti dirimu!”
Aku terhasut. Jiwa yang lemah ini terlalu gampang
menuruti bisikan-bisikan nakal yang kudengar. Sebelah tangan ku telah tergerak
berada tepat diatas bokong Melisa. Saat jemariku hendak mendarat diatasnya, aku
memilih memejamkan kedua bola mataku terlebih dahulu. Lalu “HAP”, tahu-tahu
tangan ku sudah berada persis menyentuh bokong padat tersebut. Rasanya tak ubah
seperti menyentuh roti yang baru keluar dari pembakaran ----- hangat dan empuk.
(III)
Peristiwa buruk yang dilakukan oleh ayah tirinya yang
terjadi sebelas tahun silam mengubah cara pandang Gadis terhadap seluruh
laki-laki di muka bumi ini. Kebencian dan trauma yang begitu mendalam membuat
iya mengalami androphobia akut. Sedikit menjelaskan, androphobia merupakan
trauma akut yang dialami oleh perempuan, dengan efek, si penderita sangat takut
dengan sosok laki-laki. Sehingga ketika berhadapan dengan seorang laki-laki,
penderita akan selalu berhalusainasi dan delusi.
Halusinasi dan delusi yang kerap kali dialami Gadis, menyesatkan langkahnya dan
pernah membuatnya gila. Saat ia memilih
menghindari diri dar laki-laki, teman sekampusnya malah menuduhnya lesbi.
Disaat keterpurukannya, datang seorang laki-laki yang
berbudi baik, namun pincang yang menaruh hati pada Gadis yang menderita
androphobia. Namun penyakit yang telah dialaminya sejak selaput dara Gadis
direnggut oleh ayah tirinya, membuat itikad baik dari Robin, nama laki-laki
tersebut, menjadi tidak berarti.
Tidak berhenti sampai disitu, Robin yang sangat menyukai
Gadis berusaha terus menerus, mencoba mengambil hati Gadis. Namun tidak semudah
yang dibayangkan, mendekati seorang wanita, dengan trauma berat terhadap
lelaki, ibarat, ingin menggapai bulan.
Suatu saat, Gadis berada dalam kondisi terburuk dalam
hidupnya. Selain teman-temannya, sekarang sahabat terdekat yang
meninggalkannya. Bunuh diri pun, hampir merenggut nyawa gadis malang itu.
Namun, sebelum nyawanya benar-benar hilang, Gadis bisa tertolong. Hal ini
menjadi sebuah kesempatan bagi Robin untuk kembali mencoba mendekati Gadis.
Dengan niat baik dan tulus, gadis yang selama ini sangat
jijik melihat laki-laki, akhirnya bisa tunduk dengan Robin. Hal tersebut
karena, dibalik kakinya yang pincang Robin juga memiliki masa kelam yang juga
hampir sama dirasakan oleh Gadis. Diakhir cerita, setelah Robin menyelesaikan
studinya di Amsterdam, cinta Robin tak pernah padam. Dengan yakin robin pun
memutuskan untuk mengikrarkan cintanya pada Gadis. Mereka berdua pun akhirnya
resmi menikah.
(IV)
Buku yang ditulis oleh Ullan Prahila ini memberikan
gambaran tentang kisah wanita yang menderita penyakit androphobia. Penyakit
kelainan psikis, yang membuat sipenderita sangat takut terhadap laki-laki ini
memang jarang terdengar, namun dari sekian miliyar wanita di muka bumi, ada
beberapa dari mereka yang menanggung beban ini.
Dengan konflik percintaan, membuat buku tersebut menjadi
sangat ringan untuk dibaca. Namun tetap, buku tersebut memberikan kita gambaran
bagaimana sulitnya seorang penderita androphobia menjalani hidup. Dari buku
ini, kita juga dibawa untuk bisa menerima setiap penderita kelainan psikis tak
terkecuali androphobia. Hal tersebut karena, para penderita seharusnya tidak
dikucilkan dan tidak dijadikan bahan gunjingan, namun, kita harus membantunya
keluar dari penyakit tersebut.
Selain kelebihan, ada pula kekurangan dari buku ini.
Jalan cerita yang ringan dari buku tersebut, sangat mudah ditebak, sehingga
dapat mengurangi rasa penasaran dari buku tersebut ketika membacanya.
*Rezki Army Pratama