doc - profesi |
Hal itu diungkapkan saat ditemui di ruangannya. Dia pun mengandaikan jika ada 10 mahasiswa yang tawuran, maka yang tahu persoalan palingan hanya 1 atau 2 orang saja. "Nah, 1 atau 2 orang itu yang mempunyai kepentingan," yakin dosen yang dibesarkan oleh keluarga intelegent ini.
"Tidak dapat dipungkiri bahwa ada intelegent yang "numpang" di kampus kita (red. UNM), dan bukan hanya UNM. Bisa saja konflik yang terjadi awalnya memang murni karena masalah pribadi atau kelompok. Namun berujung dengan aksi tawuran, karena ada yang memanfaatkan momen itu. Nah, yang numpang di momen itu lebih bahaya karena efeknya bisa lebih besar. Selain memanfaatkan, dia juga bisa menciptakan momen. Misalnya ada yang sengaja memakai atribut yang sudah sering bentrok, kemudian memunculkan masalah, terjadilah lagi tawuran. Yah seperti-seperti itulah modelnya," tambah dosen yang pernah mengikuti latihan intelegen oleh kepolisian selama 6 bulan ini.
Ia melanjutkan, konspirasi memang sudah terjadi di negara kita bahkan di kampus-kampus, termasuk UNM. Namun yang menjadi persoalan bagaimana mahasiswa menyikapi hal itu. "Jangan mau jadi korban dari aksi-aksi yang di susupi, banyak kepentingan di dalamnya," pesan aktivis era 80-an ini sebagai resolusi di tahun 2014 ini. (*)
*Azhar Fadhil