(int) |
Judul Buku : Sepotong Hati yang Baru
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Mahaka Publishing
Tebal Buku : 206 halaman
Tahun Terbit : 2012
------
…Baiklah. Baiklah, ia akan meminta keadilan soal ini langsung kepada Sang Pencipta. Ia akan mempertanyakan langsung semua ini. Maka malam itu, dari bingkai jendela salah satu rumah dua lantai yang masih menyala di pinggiran kota kami. Lewat tengah malam, saat banyak orang sudah jatuh tertidur, lelap bermimpi, Jo dengan menangis terisak mengadu.
“Wahai Pencipta, jika Engkau sungguh adil, maka kenapa tidak Kau jadikan saja kecantikan sebuah harga? Kenapa tidak seperti naik angkutan umum, siapa pun harus membayar dengan bekerja keras jika hendak memperolehnya? Jadikanlah demikian, maka aku akan berhenti bilang Engkau tidak adil. Sungguh jadikanlah demikian,”
Doa itu bagai melempar enam dadu, dengan enam sisi-sisi sempurna bertuliskan kata, “Amin”.
-------
Sepenggal kisah itu ada dalam cerpen berjudul “Kalau Semua Wanita Jelek” yang dituliskan Tere Liye dalam bukunya yang baru. Buku sekuel kedua dari “Berjuta Rasanya” ini tetap mengusung genre remaja. Kumpulan kisah-kisah pendek ini masih bercerita seputar perasaan-perasaan cinta dengan segala lika-likunya, baik itu remaja maupun orang-orang dewasa.
Selain aktif menulis novel, Tere Liye juga berusaha mengasah kemampuan menulisnya melalui tulisan-tulisan pendek dalam bukunya ini. Melalui kisahnya, ia nyatanya masih mampu mengobok-obok hati pembacanya, seperti halnya dalam banyak novel lainnya. Sentuhan-sentuhan pelajaran yang selalu disisipkannya masih saja mengena bagi setiap pembacanya.
Tentu saja, sebagai selingan, buku ini cukup bagus untuk mengisi waktu luang. Apalagi, sebagian kisahnya juga mampu membuat pembaca tersenyum maupun tertawa. Beberapa dari kisah-kisah “hati”nya diselingi dengan cerita-cerita lucu. Tere Liye ternyata mampu membuat cerita yang tidak hanya menguras air mata, namun bisa juga membuat pembacanya tertawa. (*)
“Urusan GR ini memang kadang gila, Put. Kita benar-benar tidak bisa lagi berpikir waras rasional, tertutupi oleh ilusi dan mimpi. Menerjemahkan semua kejadian berdasarkan yang mau kita dengar atau lihat saja. Padahal nyatanya? Tidak sama sekali.” --Hiks, Kupikir Itu Sungguhan--
“Jika kau memahami cinta adalah perasaan irrasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan menganga. Kau dengan mudah mebenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut. Tidak lebih, tidak kurang,” --Sepotong Hati yang Baru--
*Imam Rahmanto