 |
| Menulis (Int) |
PROFESI-UNM.ORG - Kongres Internasional Bahasa – Bahasa Daerah Sulawesi Selatan II (KIBBD Sulsel) telah berakhir kamis (4/10) di Hotel Sahid Jaya yang membahas persoalan-persoalan di Sulawesi Selatan. Diantaranya kebijakan pemerintah tentang bahasa daerah, pewarisan sastra daerah dan penerapan pengajaran bahasa daerah.
“Ciri-ciri masyarakat yang punya budaya, yaitu mempunyai tulisan seperti lontara dan sebagainya,” ungkap Pembantu Rektor III Universitas Negeri Makassar (UNM) Heri Tahir saat menghadiri jamuan makan malam KIBBD Sulsel II di Hotel La Macca rabu (3/10).
Bahasa daerah, menurutnya merupakan titipan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap daerah. Selain itu, artefak dan sastra daerah serta tulisan – tulisan khas disetiap daerah harus tetap dijaga. “Kadang di Jawa, dalam ajang nasional sesekali mereka memakai bahasa daerah mereka, dan inilah yang harus dibudayakan di Sulsel,”bebernya.
Heri Tahir menambahkan, bahasa daerah di Sulawesi Selatan dewasa ini telah masuk kategori “terancam punah” keberadaannya seiring perkembangan jaman. “ Saya kira, bahasa daerah perlu dilestarikan,” harapnya. (*)
Reporter: Muhammad Yasir